12

4.2K 408 1
                                    

Setelah percakapan dengan jaehyun itu renjun hanya banyak diam bahkan jaemin yang baru saja kembali dari membeli sarapan juga bingung melihat asistennya yang mendadak diam saja bahkan tak menyentuh sarapannya sama sekali.

"Renjun?" Tapi sang empu tak kunjung menyaut sama sekali membuat jaemin semakin bingung karena dia tak tau apa yang tengah dipikirkan pria itu. Sedangkan jaehyun merasa bersalah dalam hatinya.

Jaemin lantas mendekat dan diapun memegang bahu renjun membuat sang empu sedikit kaget

"A—ada apa hyung?"

"Apa yang sedang mengganggu pikiranmu? Kenapa tak memakan sarapanmu?"

"Aaa, tidak ada Hyung." Ucap renjun lantas diapun mengambil sarapannya dan mulai memakannya. Dan jaemin hanya menganggukkan kepalanya lalu diapun langsung kembali ke tempat duduknya dan melanjutkan memakan sarapannya saat ini.

Ceklek.

Mereka bertiga melihat kearah pintu ruangan rawat jaehyun yang terbuka dan menampilkan taeyong juga chemle yang datang, bahkan taeyong langsung mendekat pada suaminya.

"Bagaimana keadaanmu jae?"

"Aku sudah baik-baik saja sayang. Mianhe karena membuatmu sangat cemas."

"Hmm, yang penting sekarang kau harus baik-baik saja."

"Hmm." Angguk jaehyun.

"Halbojie jangan sakit lagi, chenle gak mau lihat halbojie sakit dan halmonie sedih." Ucap chenle dan jaehyun hanya tersenyum lalu memeluk cucu satu-satunya itu.

"Hmm, halbojie janji pada chenle." Uvap jaehyun dan chenle hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Imo sudah sarapan?" Ucap renjun dan taeyong tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

"Mommy sudah meminum obat bukan?"

"Sudah jaem. Berhenti protektif seperti itu, lagian mommy bukan anak kecil."

"Tetap saja." Ucap jaemin datar dan taeyong hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Sayang?" Taeyong lantas melihat kearah suaminya itu.

"Kenapa renjun memanggilmu imo?"

"Aku menyuruhnya karena ini bukan kantor, dan kedatangan dia kemari bukan untuk bekerja jae."

"Lalu kenapa kau memanggil saya dengan sebutan tuan? Setidaknya panggil saya samchun renjun." Dan renjun hanya mengangguk dengan kaku.

"Sudahlah, dia memang begitu. Renjun tak perlu canggung lagian kita sudah mengenal sangat lama." Dan renjun hanya mengangguk lagi dan lagi.

"Kalian pergilah pulang dan istirahat, biar kami disini."

"Tapi mommy belum sehat."

"Aku sudah sehat Na Jaemin, sekarang kau pulang, kau terlihat sangat lelah begitu pula dengan renjun.'

"Tapi?"

"Jangan membantah ku Na Jaemin." Dan jaemin hanya menganggukkan kepalanya lalu diapun pergi begitu saja diikuti oleh renjun yang membungkuk sebelum pergi.








At. Mansion Na di LA.

Jaemin dan renjun sampai dan langsung masuk kedalam kamar mereka untuk bersih-bersih.

Di kamar jaemin.

Jaemin mendudukkan dirinya diatas tempat tidur lalu diapun menidurkan tubuhnya secara perlahan sembari melihat langit-langit kamarnya. Dan teringat kali pertama dia membawa renjun sebagai asistennya dan bertemu dengan orangtuanya juga anaknya.

Flashback.

15 tahun yang lalu...

"Ayo."

"Iya Presdir." Lalu kedua pria berbeda tinggi itupun masuk kedalam mansion besar itu.

"Mom?"

"Kau sudah pulang jaem? Tumben? Dan siapa dia?" Bingung sang ibu, taeyong yang sedang menggendong cucunya, Na chenle yang berumur 2 tahun.

"Dia asisten pribadiku mom, namanya Huang Renjun. Renjun ini ibu saya Na taeyong dan anak saya Na chenle."

"Ne." Angguk renjun tersenyum lalu diapun melihat chenle kecil yang merentangkan tangan padanya. Renjun lantas menyambutnya dan membawanya kedalam gendongannya dimana chenle tertawa senang.

"Hai jagoan kecil. Kenapa kau sangat menggemaskan sekali." Ucap renjun gemas sembari mengecup pipi chubby chenle itu.  Chenle tertawa senang membuat taeyong dan jaemin kaget bukan main saat ini.

"Mama Mama Mama." Ucapnya polos sembari bertepuk tangan.



Flashback end.

"Apa aku bisa bahagia dan berdamai dengan masa lalu renjun? Apa mungkin kau bersedia melakukannya bersama denganku?" Monolog jaemin.








Di kamar renjun dan chenle.

Renjun baru saja selesai mandi dan diapun memakai baju yang senyamannya saja, dia hanya diam duduk di meja riasnya saat ini. Karena dia masih memikirkan perkataan jaehyun padanya tadi. Walaupun jaehyun mengatakan tak perlu dipikirkan sama sekali, tetap saja dia masih kepikiran saat ini.

Drrtt...Drrtt...Drrtt...

Renjun tersadar dan diapun melihat nama sang sahabat yang tertera di ponselnya, melakukan videocall.

"Hallo Chan." Ucap renjun tersenyum.

"Berhenti tersenyum, aku yakin ada yang kau pikirkan bukan?" Ucap Haechan yang bisa menebak seketika karena dia sudah lama mengenal renjun bukan sehari-dua hari.

"Kau ini." Tawa renjun.

"Ada apa?"

"Sebelum aku mulai cerita, kau sedang melakukan apa?"

"Menurutmu apa? Tentu saja bersantai dan aku akan berbelanja nanti ke supermarket."

"Aaa."

"Ada apa renjun? Apa ada yang tak beres disana?"

"Pimpinan Na sudah sadar."

"Baguslah, lalu apa masalahnya?" Renjun mulai menceritakan semuanya tanpa ada yang ditambahkan juga dikurangkan saat ini.

"Aku mengerti renjun, tapi bukankah dia memang benar, sampai kapan kau akan seperti ini renjun."

"Ini bukan hanya tentang aku Haechan. Tapi—"

"Aku mengerti. Tapi, aku kali ini setuju dengan pimpinan Na. Karena aku yakin kebahagiaan kalian ada tapi kalian tahan saat ini. Itulah yang terjadi."

"Aku tidak tau Haechan, aku tak bisa mengerti apa yang aku inginkan saat ini."

"Kau sangat menyayangi chenle bukan?'

"Hmm, aku bahkan bisa melakukan apapun demi chenle. Aku sudah menganggapnya anak kandungku sendiri Haechan, aku aadalah orang yang menyaksikan pertumbuhannya."

"Itu dia jawabannya renjun, kau bisa berdamai dengan masa lalumu, dan begitu pula Presdir Na. Kalian bisa saling melengkapi dan bahagia. Aku yakin itu."  Renjun hanya diam karena dia tak tau akan mengatakan apa saat ini.  Tanpa mengetahui jaemin yang mendengar semuanya dari balik pintu karena dia memang berniat memanggil renjun.

"Ternyata itu yang membuatnya diam sejak tadi." Monolog jaemin.





































👨‍👨‍👦👨‍👨‍👦👨‍👨‍👦

Never Good Bye (jaemrenle)END✔ Sudah Terbit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang