Mereka hanya tidak mengerti, di naungan bintang aku merapal namamu, membusai rindu-rindu yang terbelenggu.
***
Ai, tahun ini langit berpihak padaku. Maksudku, berpihak pada seluruh tamu festival di kota kita. Formasi bintang yang katamu jelmaan Scorpio itu menghiasi langit yang memayungi bumi. Separuh cahaya bulan yang memantul di pantai itu juga memukau, asal kau tahu. Ai, jujur aku rindu padamu.
Maksudku, rindu bercerita tentang budaya daerah kita sembari menikmati nyanyian khas dan tarian itu. Kalau kau pulang, akan kuceritakan bagaimana aku berdesakan melewati festival kota kita yang entah kenapa, semakin ke sini semakin sunyi. Mungkin saat melewatinya hanya mata teduhmu yang menguasai kepala.
***
"Kau mau dengar tidak, Ai? Kemarin malam aku duduk menghampar menikmati nyanyian dan tarian khas kota kita di festival favoritmu itu. Bagian menyenangkannya, tidak ada hujan seperti tahun lalu. Taburan bintang menghiasi langit cerah tak tersaput awan.
Kau mungkin benar, beberapa hal sederhana akan terasa begitu mengagumkan jika kita memahaminya dari sisi yang berlainan. Mungkin bagi mereka menatap bintang ditemani alunan musik itu hal biasa. Mereka hanya tidak mengerti bahwa di bawah bintang, kau dan aku adalah sepasang abu-abu yang berharap temu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati Paling Disengaja
PoetryAi, kamu mungkin bukan manusia sempurna. Aku tahu semua mata memandangmu sebagai sampah. Aku tahu sebenci apa kamu pada semua yang menganggapmu rendah. Tapi bagiku, kamu adalah sepotong senja yang Tuhan kirim lewat tirai jendela. Iris pekatmu menja...