Ai, akhirnya aku termakan kalimatku sendiri. Aku jatuh cinta pada temanku sendiri. Perasaan ini sudah kusangkal sejak satu tahun lalu, tapi hari ini aku sudah tidak bisa menyembunyikannya. Perasaan ini terlalu besar. Bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada sosok humoris itu? Tapi apa mau dikata, Ai.
Dua tahun bukan waktu yang sebentar, dua tahun aku banyak menghabiskan waktu bersamanya. Dua tahun yang terasa berbeda setelah ada dia. Entah sudah berapa kali aku pulang bersamanya, melewati jalanan kota yang terik, jalanan kota yang gerimis dan kadang dilanda hujan, jalanan kota yang sejuk tatkala pagi, jalanan kota yang jingga dan gemerlap kota pada malam hari.
Bersama dia aku banyak pertama kalinya. Bersama dia, untuk pertama kalinya aku menatap matahari tenggelam di tepi pantai yang merah. Bersama dia, untuk pertama kalinya aku menikmati angin pegunungan yang menyenangkan tatkala mendaki. Bersama dia, untuk pertama kalinya aku mengelilingi pantai dan kota sembari bercerita.
Bersama dia, untuk pertama kalinya aku makan nasi goreng bersama seorang pemuda. Dia juga orang pertama yang memberiku hadiah mukenah. Semua hal indah aku dapatkan bersama dia, apalagi tahun ini dan aku sulit untuk menyangkalnya.
Tapi aku tahu, perasaan ini hanya akan menjadi perasaan. Aku tidak akan bilang padanya, karena semua itu akan merusak persahabatan kami. Biarlah kuakui perasaan ini, lalu kunikmati setiap sakit dan indahnya untuk kemudian belajar mengikhlaskan. Hanya itu yang bisa kulakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati Paling Disengaja
PoésieAi, kamu mungkin bukan manusia sempurna. Aku tahu semua mata memandangmu sebagai sampah. Aku tahu sebenci apa kamu pada semua yang menganggapmu rendah. Tapi bagiku, kamu adalah sepotong senja yang Tuhan kirim lewat tirai jendela. Iris pekatmu menja...