[4] Resah

2 1 0
                                    

"Nat, jangan gantungin semua ekspektasi megah lo sama gue. Jangan terlalu berharap gue akan selalu ada buat lo. Gue manusia yang dinamis, Nat. Bisa berubah kapan aja, sewaktu-waktu bisa buat lo kecewa dan nangis. Gue bisa aja nyakitin lo tanpa sengaja, gue bisa jadi manusia yang paling lo benci. Lo harus siapin satu ruang kecewa di hati lo, Nat."

Akash mengembuskan napas pelan. Mendongak menatap wajah Natya yang dipenuhi keputusasaan. Cahaya kemerahan berteduh di pelupuk netra Natya yang berat oleh genangan air mata.

"Gue manusia yang banyak kurangnya, Nat. Gue nggak bisa kasih lo janji paling baik di muka bumi. Gue cuma bisa kasih lo sebaik-baiknya hari ini. Gue nggak bisa janji tentang masa depan yang indah. Gue takut lo kecewa karena terlalu percaya sama gue," jelas Akash hampir putus asa. Dia tidak pandai merangkai kalimat penenang untuk gadis di hadapannya. Dia hanya mampu bicara tentang realita yang tidak bisa dibantah.

Bulir bening yang mati-matian ditahan Natya akhirnya luruh juga, menyentuh pasir pantai yang terasa amat dingin. Natya menoleh, menatap lekat-lekat wajah Akash yang sama dilemanya dengan miliknya.

Dalam hening di antara debur ombak pantai, sepasang netra itu telah menampilkan perasaan paling jujur yang pernah disaksikan semesta. Tidak ada kebohongan, tidak ada penyangkalan, hanya sebuah penerimaan bahwa cinta telah tumbuh dia dua hati insan manusia.

Natya memeluk erat tubuh Akash sebagai isyarat dia sudah tak memiliki diksi untuk mengungkapkan betapa dalam perasaan itu di hatinya. Perasaan yang bertahun-tahun disangkalnya atas nama pertemanan. Perasaan yang perlahan membuatnya takut kehilangan. Perasaan yang pada akhirnya membuat dia sadar, bahwa cinta telah bertahta di hatinya yang rentan.

Akash membalas pelukan Natya hangat. Dia hanya punya hari ini, maka apapun yang sore ini ada di hatinya akan dia sampaikan. "Nat, maafin gue, tapi gue sayang banget sama lo."

Tangis Natya pecah tatkala kalimat itu melewati rongga kupingnya. Embusan napas Akash di balik punggungnya teratur. Pundaknya bergetar hebat. Kenapa setiap pertemuan harus selalu berakhir perpisahan?

Patah Hati Paling DisengajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang