[15] Resah

1 0 0
                                    

"Lo ngga papa, Kash? tanya Natya retoris. Dia tahu Akash tidak baik-baik saja.

Akash tidak menjawab dan hanya menatap wajah Natya, tatapan yang tidak pernah dia pahami empat tahun terakhir.

Natya membantu Akash bangkit dari paving blok penuh debu, duduk di salah satu kursi beton di pelataran rumah sakit. Akash meringis, meratapi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar.

"Seharusnya gue yang tanya, lo ngga papa, Nat?" Akash menatap dalam netra kecokelatan milik Natya. Sepasang iris itu bertemu dalam bisu, saling menerka praduga yang tak bisa menafsirkan rasa.

Natya mengembuskan napas dan memalingkan wajah. "Gue baik-baik aja." Natya lebih dari kata mengerti apa yang dimaksud oleh Akash.

Natya beralih meraih tisu dan membersihkan darah di sudut bibir Akash. Wajah pemuda itu penuh lebam. Kepalanya pusing, perutnya mual, tubuhnya seperti remuk. Rivandra tidak main-main soal pukulan yang menghantam dirinya.

Natya menatap jeri luka di wajah Akash. Apapun yang terjadi, Akash adalah sosok yang sangat disayanginya.

"Nat, lo mau dengerin penjelasan gue ngga?"

Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Natya mendongak. Penjelasan? Apakah yang netranya tangkap di taman kota kurang jelas? Begitu arti tatapan mata Natya.

"Lo datang di waktu yang salah, Nat. Apa yang lo lihat cuma sebagian dari keseluruhan cerita. Kalau lo mau dengerin penjelasan gue, gue bakal ceritain semuanya." Akash dengan cepat menjelaskan.

Natya berpikir sejenak. Tubuh Akash dipeluk erat oleh seorang gadis tatkala Natya datang ke taman kota untuk menemui pemuda itu. Akash juga bilang bahwa dia sayang pada gadis di pelukannya. Lalu, apa lagi yang dia harapkan dari penjelasan Akash? Dia disuruh datang hanya untuk menyaksikan pertunjukan hebat itu, kan?

"Gue mau dengerin lo, Kash, tapi ngga sekarang. Maksud gue, ada yang lebih penting sekarang. Luka-luka lo harus segera diobatin."

Akash menatap lekat-lekat wajah Natya yang putus asa. Baiklah, dia mengangguk. Menghargai keputusan Natya adalah sesuatu yang sejak dulu selalu dilakukannya.

"Oke. Kapan pun lo siap untuk dengerin penjelasan gue, kasih tau gue, Nat."

Gue ngga akan pernah siap, Kash. Natya membatin dalam hati.

Patah Hati Paling DisengajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang