Kau bilang, kau suka hujan. Kau bilang, kau suka suara abstrak suaranya yang menyentuh genteng rumahmu. Kau suka dingin embusan anginnya yang melewati kisi-kisi jendela kamarmu. Sekali lagi kau bilang, hujan sungguh piawai merahasiakan tangis pilumu di malam panjang. Juga membantumu meredakan hari-hari yang melelahkan.
Tapi saat hujan datang, kau malah berlari menghindar. Saat tetes airnya hendak menjamah tubuhmu, kau malah menadahnya dengan payung itu, lalu berdecak sebal, "Ah, kenapa hujan?!" Kau buru-buru masuk ke rumah, menutup pintu rapat, mengunci jendela lekat, dan membaringkan tubuhmu sembari berhangat.
Kau sempal kupingmu dengan lagu-lagu galau pengantar tidur, kau buka beranda maya sebagai penghibur, lalu lupa pada kalimat pertamamu yang katanya paling jujur. Tapi ini bukan tentang kamu yang katanya suka hujan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati Paling Disengaja
PoesiaAi, kamu mungkin bukan manusia sempurna. Aku tahu semua mata memandangmu sebagai sampah. Aku tahu sebenci apa kamu pada semua yang menganggapmu rendah. Tapi bagiku, kamu adalah sepotong senja yang Tuhan kirim lewat tirai jendela. Iris pekatmu menja...