"Inget nggak? Dulu kita sering banget pulang bareng. Cerita tentang banyak hal. Ngetawain hal-hal random di jalanan. Kamu nggak pernah biarin aku diem melongo. Kamu selalu nanggepin setiap pertanyaan receh aku dengan jawaban-jawaban empiris.
Ya setidaknya, bersama kamu aku bisa ketawa jalanin hidup. Makasih, ya. Seneng bisa kenal dan ketemu kamu. Sehat-sehat, ya orang baik."
***
"Al, kamu inget nggak? Dulu kita sering banget duduk di teras rumahku sambil lihatin mentari siap-siap tumbang di kaki cakrawala. Kamu selalu ingetin aku untuk simpen ponsel dan apapun yang bisa membuat kita terdistraksi.
Kamu selalu punya jawaban berbeda mengenai pertanyaanku, "Matahari tenggelam sebenarnya pulang kemana? Dimana peraduannya?" Kamu selalu punya jawaban atas setiap pertanyaan recehku dengan jawaban-jawaban empiris. Apapun cerita esok, setidaknya aku bisa ketawa bareng kamu di sore yang merah. Makasih, ya. Senang bisa kenal dan ketemu kamu. Sehat-sehat, ya, Al."
***
"Kamu inget nggak? Dulu kamu pernah bilang, suatu saat nanti kalau waktu kita sama-sama senggang, kamu mau ajakin aku pergi ke tepi pantai. Menikmati jingga merekah yang indah. Sambil ngobrolin tentang semesta dan kerumitannya.
Tapi malangnya, sebelum mimpi indah itu menemui hari baiknya, Tuhan lebih dulu ambil ragamu, juga ambil janjimu padaku. Tidak, aku tidak marah pada Tuhan, juga tidak marah pada siapapun. Aku hanya ingin tertawa. Ternyata takdir Tuhan sebercanda ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati Paling Disengaja
PoetryAi, kamu mungkin bukan manusia sempurna. Aku tahu semua mata memandangmu sebagai sampah. Aku tahu sebenci apa kamu pada semua yang menganggapmu rendah. Tapi bagiku, kamu adalah sepotong senja yang Tuhan kirim lewat tirai jendela. Iris pekatmu menja...