"Alystia beruntung sekali punya Akai dalam hidupnya. Alystia selalu dirayakan."
***
Apapun yang Alystia tidak dapatkan kala masa kanak-kanaknya, hari ini disempurnakan oleh Akai. Alystia mungkin adalah representasi dari separuh kesempurnaan diri Akai. Hal terpenting yang pada akhirnya menumbuhkan perasaan hebat dalam hati seorang manusia. Alystia punya hal-hal sederhana yang Akai impikan sejak bayi. Alystia adalah doa-doa Akai yang diaminkan oleh semesta. Alystia adalah segalanya untuk Akai.
***
"Ray, kamu suka Akai, ya?"
Naraya menggeleng.
"Kemarin aku tidak sengaja membaca puisi di notebook merah mudamu. Judulnya 'Untuk Akai'. Puisi cinta. Atau mungkin itu 'Akai' yang lain, Ray? Maaf jika aku salah menerka."
Kalimat Amira membuat Naraya tertegun sejenak. Setelah diam cukup lama, Naraya mengembuskan napas perlahan. "Iya, aku menyukai Akai."
"Tapi dia sudah punya kekasih, Ray."
"Iya aku tahu."
"Lantas kenapa rasa itu kamu biarkan tumbuh? Kamu akan terkesan mencintai milik orang lain, Ray."
"Aku tidak mencintai milik orang lain. Aku mencintai Akai jauh sebelum dia bertemu dengan Alystia."
"Akai bukan orang baru dalam hidupku. Aku mencintainya jauh sebelum gadis itu masuk ke kehidupan Akai. Aku tahu Alystia segalanya bagi Akai. Aku tahu semua cinta Akai dia curahkan pada Alystia. Aku tahu, tapi apakah salah jika rasa itu terus bermetamorfosa menjadi sesuatu yang tidak bisa kukendalikan?"
"Empat tahun aku kira cukup untuk membuat rasa itu hilang, pudar setidaknya. Ternyata empat tahun sia-sia, Akai dan semua tentangnya masih saja abadi dalam keterbatasan ingatan sang Naraya."
Amira menatap lamat-lamat netra kecokelatan milik Naraya yang memantulkan cahaya jingga dari mentari tumbang di garis langit tepi pantai.
"Apa yang akan kamu lakukan, Ray? Merebut Akai dari Alystia?"
"Tidak. Aku tidak semenjijikkan itu. Rasa untuk Akai bukan untuk dimanifestasikan dalam bentuk kepemilikan. Cinta untuk Akai bukan untuk direpresentasikan dalam sebuah ikatan. Semua hal yang kumiliki untuk Akai hanya milikku. Bahagianya, lukanya, kecewanya, cemburunya dan akhirnya hanya untukku. Akai akan tetap menjadi Akai yang hidup dalam detak nadi sang Naraya."
"Ray, apakah itu sungguhan?"
"Kalau waktunya tiba, akan kukebumikan jasad rasa untuk Akai."
*Kisah ini tentang Alystia, Akai dan Naraya. Bukan seperti di novel-novel panjang, kisah ini akan singkat saja. Sesingkat reda hujan digantikan terang rembulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati Paling Disengaja
ŞiirAi, kamu mungkin bukan manusia sempurna. Aku tahu semua mata memandangmu sebagai sampah. Aku tahu sebenci apa kamu pada semua yang menganggapmu rendah. Tapi bagiku, kamu adalah sepotong senja yang Tuhan kirim lewat tirai jendela. Iris pekatmu menja...