Terus sekarang lo mau ngapain? Nyesal? Udah nggak ada gunanya!
***
Kenapa di kehidupan yang satu kali ini bukan kamu orangnya? Kenapa aku nggak bisa sama kamu?
***
Mereka setara, Ai. Bukankah cinta seharusnya demikian? Dan aku mulai sadar bahwa aku terlalu jauh masuk ke dunianya. Aku berharap lebih pada hati yang telah termiliki. Aku terlalu jauh berkhayal tentang sesuatu yang tidak akan menyentuh kata iya.
Seharusnya aku pulang saat fakta itu kutemukan dua tahun lalu. Bukan malah menghibur diri dengan pembelaan-pembelaan paling tidak masuk akal. Mencari pembenaran untuk tetap ada di dekatnya.
Aku tahu kisah ini tidak akan mudah. Aku tidak bisa tiba-tiba hilang dan seolah lupa segalanya. Tapi bukankah aku bisa memulainya dari sekarang? Iya, besok akan kucoba.
Ini risiko yang harus aku tanggung atas keputusan keliru yang kemarin diambil. Sakit, ya ternyata. Tapi aku bisa apa selain pulih bersama waktu. Semoga semesta mudahkan apa yang kepalaku inginkan.
***
"Bego! Udah berapa kali gue bilang kalau dia udah bahagia. Lo cuma benalu dalam kisahnya. Lo merasa aman karena dia buat lo nyaman. Lo nggak pernah tau perasaan gadisnya. Lo terlalu fokus sama perasaan lo. Egois! Bayangin gimana perasaan lo kalau lo ada di posisi gadis itu. Laki-lakinya malah friendly ke semua cewek. Gimana perasaan lo, hah?!"
"Iya, aku tau, Ai. Aku salah. Tapi bisakah kita tidak membahas itu sekarang. Aku terlalu naif untuk mengakui kalau sekarang aku benar-benar hancur oleh keputusanku sendiri. Aku datang padamu untuk didengarkan, bukan dimaki dengan kalimatmu yang sarkas itu."
"Aku—aku hanya kesal pada keras kepalamu yang menjadi-jadi dua tahun terakhir. Telingamu mulai tuli untuk memahami hal-hal yang kau hapal mati. Kamu membunuh semua nurani paling masuk akal yang hidup sebelum kau ada. Makanya aku marah setengah mati saat kau datang padaku saat hatimu terluka. Lupa aku saat kau menelan pil bahagia yang penuh euforia."
***
Kalau kamu tidak punya niat untuk memiliki, jangan seolah membuka hati. Semenyakitkan apapun masa lalumu, kamu tidak berhak menghukum perasaan orang lain. Jika kamu tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang hatimu inginkan, tolong pergilah. Jangan beri aku harapan-harapan semu. Jangan tanam impian yang tak mampu kusentuh. Perasaan saja tidak cukup, kamu harus punya keberanian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati Paling Disengaja
PoetryAi, kamu mungkin bukan manusia sempurna. Aku tahu semua mata memandangmu sebagai sampah. Aku tahu sebenci apa kamu pada semua yang menganggapmu rendah. Tapi bagiku, kamu adalah sepotong senja yang Tuhan kirim lewat tirai jendela. Iris pekatmu menja...