Kadang aku rindu padamu, ingin melihat wajahmu, ingin bercerita banyak hal padamu, ingin mendengar lelucon khasmu, dan ingin menikmati jalanan kota bersamamu. Tapi aku juga tahu diri. Kan kamu bukan siapa-siapaku.
Aku ingin mengajakmu bertemu untuk sekadar mengobrol atau bilang tentang kegiatan repetitifku sepekan terakhir, tapi lagi-lagi aku sadar, kau bukan milikku. Aku ingin menceritakan bagaimana kondisi kamarku yang penuh cat lukis, juga bagaimana buku-buku yang sering membuatku tertawa dan menangis. Tapi sungguh, aku terlalu takut akan mengganggumu.
Makanya aku diam saja di rumah, meringkuk di kamar, menghabiskan cokelat, merapikan novel yang tidak berserak, membersihkan kuas yang kotor, membaca buku romansa, lalu berakhir menunggu notifikasi darimu—berharap kau mengirimkan pesan untuk melihat senja di sore yang jingga. Atau hanya bertanya tentang bagaimana kabarku hari ini, tapi tetap tidak ada, ponselku tetap saja hening dan aku berakhir sendiri pada pengharapan yang menyesakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hati Paling Disengaja
PoetryAi, kamu mungkin bukan manusia sempurna. Aku tahu semua mata memandangmu sebagai sampah. Aku tahu sebenci apa kamu pada semua yang menganggapmu rendah. Tapi bagiku, kamu adalah sepotong senja yang Tuhan kirim lewat tirai jendela. Iris pekatmu menja...
