Tawaran Memikat.

5.4K 748 40
                                    

"Berani juga kamu datang. Kirain bakal ngumpet di bawah keteknya Radi terus!"

Bukan Gustiraja. Pria tua itu bahkan masih berdiri di sisi jendela besar berpanorama bermekarannya bunga-bunga pada tepian sekolam danau buatan di taman bawah sana dengan punggung yang membelakangi Prisha.

So ya, yang barusan sinis menyambutnya tak lain adalah sesosok perempuan yang sejak awal memang terang-terangan tak pernah menyukai Prisha. Well, sudah cukup lama padahal orang itu tak lagi terlihat hilir-mudik di rumah Paradikta selepas insiden terakhir kali yang melibatkan Naga di sekolah. Prisha tidak tahu pasti apa yang telah terjadi, tapi mungkin Paradikta lah yang membuatnya tak pernah datang kembali. Dan, ya, di sinilah dia menunjukkan eksistensi. Sebut saja Awidya yang mengganggu Prisha rasanya selalu menjadi kesenangannya.

Namun, jelas bukan wanita yang omongannya suka nyelekit itulah yang kini menjadi pusat atensi Prisha. Ugh, tentu, keberadaanya di sini sebetulnya tidaklah terlalu membuat Prisha terkejut sih, mengingat wanita itu agaknya memang hobi sekali mengintili tiap-tiap anggota keluarga Paradikta apalagi Gustiraja sebagai sang pemegang tampuk kekuasaan utama. Serta ya, di luar presensi Awidya yang seolah ingin menegaskan pada Prisha bahwa dia masihlah menjadi salah satu bagian penting dalam keluarga ini dengan dibiarkan bebas saja berkeliaran di sekitaran Gustiraja, maka persis di sisi kanan pria tua itu juga hadir sesosok wanita lain yang jujur saja keberadaannya di sini sembari balik menatapi Prisha bersama pandangan yang terkesan familier membuat Prisha sontak diganjar oleh seabrek rasa bertanya-tanya.

Ya, tentang bagaimana bisa perempuan yang tampil di foto bersama ibunya puluhan tahun lalu, perempuan yang bahkan juga ada di foto dengan ibu baru-baru ini yang entah bagaimana bisa Paradikta dapatkan gambarnya, perempuan yang sekeras apa pun Prisha coba menggali ingatan, nyatanya mereka sepertinya memang tak pernah bertemu, tapi begitu aneh rasanya karena dia tampak terlalu tidak asing di mata Prisha.

Lalu, di atas segalanya bagaimana bisa dia ada di sini? Apa sesungguhnya hubungannya dengan keluarga ini, atau lebih spesifiknya lagi apa kaitannya dia dengan Gustiraja? Dan, kenapa pagi ini ketika Prisha diundang ke sini Gustiraja juga membawa serta perempuan itu untuk ikut hadir? Apa tujuannya kira-kira?

"Atau, kamu datang karena kamu merasa sudah jadi bagian dari keluarga kami? Hadeh, jangan kebanyakan ngimpi lah. Level kamu—"

"Awidya." Suara serak nan tajam milik Gustiraja yang belakangan berkali-kali Prisha dengar hanya jika sedang memarahi Paradikta pun lugas menginterupsi. Laki-laki tua itu tahu-tahu juga telah sepenuhnya mengalihkan pandangan matanya dari luar jendela ke arah Prisha yang masih belum bergeser ke mana-mana. "Sudah," sambungnya menitah. Cukup dingin hingga membuat mulut Awidya yang semula terbuka otomatis mengatup rapat-rapat. Tak cuma itu, berbekalkan satu gerakan matanya saja Awidaya yang tadi berdiri pongah di dekat pria itu bahkan langsung dibuatnya berdecak sebelum terpaksa gegas menghalau diri seraya tak lupa mendorong-dorong bahu milik wanita yang begitu dia melintas di samping Prisha, lalu mata mereka sejenak bertubrukan mendadak Prisha merasa ada satu kelebat ingatan samar yang membuat kepalanya berdenyut agak pening.

Hish, benarkah mereka belum pernah bertemu sebelum ini?

Namun, Prisha tak dapat memikirkannya lebih jauh saat suara deheman keras sontak menarik kembali seluruh perhatiannya.

Sekarang, di hadapannya Gustiraja yang semula berdiri dengan bertumpu pada tongkatnya telah bergeser untuk duduk di atas kursi kebesarannya, yang tepat di dinding belakangnya tergantung satu lukisan besar berisi sosoknya di usia muda dalam gaya realis. Well, berbeda dengan lukisannya, Damaja atau bahkan Paradikta, Gustiraja di usia senja tidaklah banyak bermain ekspresi. Wajahnya kaku sekali. Matanya cekung ke dalam. Namun, betapa pun dia tak terlihat sekuat beberapa tahun silam ketika dari jauh Prisha kadang melihatnya melintas buru-buru sebelum menaiki private lift di lobi Cévo, Prisha lebih dari tahu kok bahwa masih seberkuasa apa laki-laki ini yang melalui satu bentakan kecilnya saja dia sering kali membuat Paradikta ciut nyali.

Jangan Ada Air MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang