Mona: Woy, Prish! Tadi lo mampir?
Mona: Kok nggak nungguin gue balik sih 😔
Mona: Kan gue belom dapat update gimana ceritanya lo bisa nikah sama Pak Radi?Prisha sedang di dapur. Berhubung semua Mbok diungsikan oleh Paradikta ke tempat Damaja, dan Prisha nggak tahu kapan kiranya mereka beserta Naga akan pulang jadi Prisha berinisiatif memasak sendiri untuk makan malam.
Dia barusan sedang mencari-cari pisau buat dipakainya memotong daun bawang, yang anehnya tak tampak di mana pun sewaktu pesan singkat dari Mona masuk.
Lekas mematikan kompor karena dia telah berhasil mendadar telur—well, tanpa taburan irisan daun bawang dan cabai, telur gorengnya memang kelihatan sepi—Prisha lalu memutuskan meladeni sejenak satu-satunya kolega kerjanya.
Ah, bicara soal kerja, belum-belum Prisha jadi kangen kebun.
Apa kabar coba dengan mawar-mawarnya? Rasanya Prisha sudah rindu berat berjalan di bawah terik matahari, sambil menghidu wangi segar dari bunga-bunga yang siang-malam selalu menjadi pusat atensi tunggalnya.
Tadi pagi Mang Asep sempat mengirim video pemupukan. Kendati baru beberapa hari dia tinggalkan, haruskah Prisha curi-curi waktu pergi ke Bogor?
Prisha: Iya, Mbak Mona.
Prisha: Maaf.Maksudnya, maaf tadi Prisha langsung meninggalkan La-Mona karena dia memang cuma singgah sebentar sebelum menunaikan janjinya bertemu Najandra.
Prisha sempat ingin mengatakan kalau tadi Jesika mengajaknya buat kumpul-kumpul di lain hari. Namun, niatnya tertahan di ujung jari. Mau bagaimana pun Prisha memanglah nggak mudah akrab dengan seseorang kan?
Mona: Weekend besok lo sibuk nggak?
Mona: Kalau lowong sini sini main 😚
Mona: Serius lo harus cerita. Gue penasaran mampus takut besok mati trus jadi arwah gentayangan 🥀Mona: Tapi tapi kalau belum mau sharing juga gapapa sih. Yang penting kita kumpul aja ntar kita panggang jagung kayak pas di tempat lo 😋
Mona: Nggak usah dijawab sekarang juga gapapa
Mona: Sekarang kan lo nggak single lagi. Jadi, lo bisa diskusiin dulu sama Pak Radi 😉
Mona: Kalau izinnya susah turun dan dia minta ikut, boleeeeeh eaaaaak ajakin aja 🤣😏Mona: Aaaaaaaaah sumpaaah gue masih nggak nyangka bangeeet lo akhirnya merit, Prish 😭
Padahal apa yang perlu Prisha ragukan akan Mona? Di saat dia terkesan apatis, Mona justru tak segan-segan menunjukan kalau mereka bukan lagi sekadar rekanan. Yang berafiliasi cuma gara-gara kembang. Mona selalu berusaha memperlihatkan kepada Prisha kalau mereka adalah teman. Tak sekali-dua kali Mona memercayainya untuk bercerita. Sayangnya, meski mereka sudah berhubungan lebih dari tiga tahun, Prisha belum kunjung mampu melakukan hal yang sama.
Namun, sungguh, bukan berarti Prisha tak antusias atau tak mensyukuri perhatian yang dia dapatkan. Uh, please, that's like rare achievement, to be honest. Well, diperhatikan oleh orang lain ketika sudah terlalu lama Prisha ditepikan.
Prisha: Iya, Mbak.
Dia ... sejujurnya mungkin hanya masih terlampau kesulitan untuk tahu caranya mengungkapkan perasaannya dengan benar.
Beruntung, Mona sabar untuk menjadi yang paling mengerti di antara mereka ketika lantas mengirimkan serangkaian pesan balasan sarat perhatian.
Mona: Tapi, lo happy kan, Prish?
Mona: Harus happy ya.
Mona: Gue emang belom tahu ceritanya, tapi gue harap karena lo milih Pak Radi. So, he is the right one that will treats you right and makes you happy.
Mona: Kabarin lagi nanti kalau bisa datang ya janji bakalan gue siapin hadiah super bombastis 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ada Air Mata
General FictionPrisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jika patah hatinya gara-gara Paradikta menikah dapat membuatnya hampir mati konyol. Dia baru saja bebas...