Tepati Janji.

6.7K 867 112
                                    

"Ndaaaaaa kambingnya enggak dingin kayak Aga berarti iya?"

Prisha sedang membuka satu-satunya kotak bekal yang sengaja dia boyong dari rumah berisi beberapa tangkup toast dengan topping rose jam, campuran madu, dan potongan buah strawberry yang sempat dia buat secara kilat sebab, tadi Naga bahkan tidak sempat menghabiskan sarapannya gara-gara terlalu antusias begitu mendengar suara iring-iringan kambing yang lewat di depan rumah Prisha. Well, anak itu malah langsung heboh menggeret-geret lengan Prisha untuk dapat segera mengekori iring-iringan tersebut.

Kemudian, seperti pagi-pagi biasanya, belasan kambing mulai dari pejantan, betina, hingga anakannya milik Uwa Koswara—salah satu saudagar kambing di kampung Prisha yang menjelang lebaran Haji jumlah kambing ternaknya tentu bakal selalu meningkat drastis—suka diangon untuk menggigiti rumput di lapangan kampung yang terbengkalai karena kurangnya jumlah anak-anak di tempat mereka. Daripada dibiarkan menjadi semak-belukar yang bisa saja jadi sarang hewan buas, anak buah Uwa Koswara kerap kali menggembalakan belasan kambingnya di sana sebelum agak siangan digiring menuju sisi sungai buat bergantian mandi dengan sapi-sapi.

Sebelum ini, Prisha hanya sesekali melihat seluruh pemandangan tersebut dari jauh jika kebetulan dia hendak berangkat atau pulang dari kebun. Dia pun sebetulnya tidaklah akrab dengan Uwa Koswara yang sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktunya di pasar, tetapi Mang Asep cukup akrab dengan anak buah beliau sehingga tadi pagi melalui telepon Mang Asep membantunya untuk meminta izin supaya Prisha dan Naga dapat menonton dari dekat kambing-kambing tersebut saat digembala.

"Dingin?" Prisha meletakkan kotak bekalnya di pangkuan untuk sejenak balas menatap Naga yang sesaat lalu baru saja berlari-lari kembali ke arahnya selepas kelelahan mengejar anakan kambing yang lincah melompat-lompat, dan kini dia sudah duduk di atas potongan batang pohon kelapa yang telah Prisha bersihkan, sambil mengungkang-ungkangkan kaki-kaki pendeknya bersama netra yang menjelajah ke kejauhan.

"Ituuuu kambingnya kan pakai jaket iya, Nda, kayak punyanya Aga?" Telunjuk kecil Naga mengacung-acung penuh semangat ke arah anakan kambing—ukurannya nyaris menyamai tubuh Naga—yang tiada capeknya hilir-mudik melompat, sembari mengibas-ngibaskan cuping telinganya yang panjang di tengah lapangan.

"Jaket?" Prisha sedikit bingung pasalnya Naga bahkan cuma mengenakan kaos oblong hasil pabrikan exclusive keluarga keluaran dari lini Cévo Kids berwarna biru muda. Well, Prisha tahulah karena cutting-annya yang khas bahkan belum juga berubah dari tiga tahun lalu saat dia masih aktif bekerja di sana.

"Heem, Nda. Aganya punya di rumah jaket yang kayak gitu dibeliin sama Omanya!"

Ah, maksudnya bulunya yang bergimbal? Sebagian besar kambing yang digembla pagi ini memang jenis domba gembel dan para pejantan domba garut sih. Untuk domba gembel sendiri memang bulunya keriwil-keriwil. Well, agak miriplah dengan mantel bulu-bulunya Naga yang tentu sering dia pakai ketika pergi berlibur ke tempat-tempat yang membuatnya membutuhkan tambahan kehangatan ekstra.

Tanpa sadar Prisha tersenyum. "Iya, kambingnya nggak dingin karena bulu mereka tebal."

"Kambingnya dibeliin juga sama Omanya?" sambar Naga.

Masih mempertahankan senyumnya yang kian melebar Prisha lalu menggeleng. "Bukan beli. Itu memang karena bulunya tebal." Tangannya bahkan tanpa dia sendiri sadari sudah bergerak untuk mengelus pelan puncak kepala Naga, yang ... entah sejak kapan Prisha tahu-tahu merasa tak lagi ragu-ragu menunjukkan perasaannya di depan anak itu.

"Bulunya apanya sih, Nda?"

Elusan Prisha otomatis terhenti, dia seolah makin dipukul oleh kesadaran bahwa Naga betul-betul masih anak-anak. Banyak yang dia belum tahu atau pahami tak peduli seberapa dewasanya dia mencoba dealing dengan segala situasi belakangan ini. Dia juga mudah penasaran dan ingin jawaban atas setiap hal yang dia tanyakan. Pun, anehnya, Prisha yang semua orang tahu irit bicara, serta lebih banyak mendengar daripada berkata-kata kalau bersama Naga dia tidaklah pernah didera rasa keberatan untuk memberikan penjelasan terhadap hal-hal paling remeh sekali pun.

Jangan Ada Air MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang