Prisha biasa bangun subuh. Itulah mengapa nyaris di jam 6 pagi, nasi yang dimasaknya bahkan telah tanak. Dia juga sudah menjemur dua ember hasil cuciannya semalam—well, gara-gara sering pergi-pergi outfit yang lumrahnya cuma mendem di lemari pun otomatis berhamburan keluar—serta ya, bersiap-siap berangkat menuju kebun.
Namun sebelum itu, sepertinya Prisha butuh membeli gula di warung jadilah dia kembali ke kamarnya untuk menemukan wujud Paradikta yang tampak luar biasa asing tidur di atas ranjangnya. Meringkuk kedinginan tanpa selimut bagaikan bayi, sekaligus membuat Prisha teringat tentang apa yang terjadi malam sebelumnya di antara mereka.
Okay, dia mungkin terkesan plin-plan. Hanya saja bukan sebab Prisha seorang people pleaser sejati sehingga dia luluh guna mengizinkan laki-laki itu untuk masuk ke rumahnya.
Satu-satunya hal yang bikin dia membiarkan Paradikta menerobos pintunya adalah saat pria sinting itu mulai menekan-nekan brutal klakson mobilnya yang kalau dibiarkan jelas berpotensi bikin orang sekampung Prisha bangun. Dan, nggak tahu lagi deh kerusuhan macam apa yang bakal dibuat Paradikta setelahnya andai Prisha terus bertahan dengan kekeras kepalaanya. Ough, bisa saja dia akan mengaku-ngaku sebagai suaminya meski memang begitulah faktanya, atau bahkan lebih parah lagi dia akan membocorkan kepada semua orang di sana bahwa Prisha pernah ... membunuh seseorang. Koreksi, tepatnya sih keluarganya sendiri.
Tak perlu mampu membaca masa depan bila kabar itu tersiar maka, dapat dipastikan Prisha bakal kembali terusir. Dia akan kehilangan bukan cuma rumah kumuh yang di tiga tahun ini dia sebut sebagai tempat berpulang, tapi juga kebun titipan Bapak, serta ... bunga-bunga yang selama ini berjasa membuatnya tetap hidup.
Well, tentu saja Prisha telah mengabarkan kalau ada seseorang yang menginap di rumahnya kepada Pak RT melalui pesan singkat. Cuma, dia berencana untuk mengunjungi rumah Pak RT sambil jalan ke kebun untuk menjelaskan mengenai duduk perkaranya.
Hish! Sudah pasti nggak sampai dia beberkan tentang dia yang telah bersuami. Dia memilih mengakui Paradikta sebagai saudara. Entah Pak RT akan percaya atau tidak mengingat Prisha yang kere punya saudara yang satu mobilnya saja seharga dengan rumah paling mewah di kampung mereka. Yang jelas ....
"Saniya ...."
Terdengar lagi.
Paradikta terus bergumam menyebut nama itu dalam tidurnya semalaman. Bikin Prisha sedikit-banyak ikut digerogoti rasa bersalah. Kalau memang secinta itu kenapa juga laki-laki ini harus menikah lagi? Sebegitu takutnya kah dia pada Eyang Gustiraja sampai-sampai dia memaksa untuk menggeret Prisha ke KUA hanya gara-gara mendengar kalau Eyangnya telah tiba di Jakarta?
Netra Prisha yang memaku lantas menemukan ponsel Paradikta yang pria itu taruh di sisi tubuh lagi-lagi bergetar dan menyala. Entah sudah berapa kali sejak semalam. Prisha yang tak bisa tidur pun beberapa kali tanpa sengaja membaca pop-up-nya.
Satu di antaranya adalah dari Damaja yang menanyakan mengenai keberadaannya. Di mana sudah pasti Paradikta pergi tanpa mengabari.
Bagaimana mungkin coba dia bisa bertingkah begini? Okay, katakanlah dia tidak peduli pada ayahnya. Namun, tidak kah dia khawatir terhadap Naga, putranya sendiri? Bagaimana bisa dia tega meninggalkannya?
"Ck, nggak usah sok heran deh, toh Ibu kamu juga begitu kan?" Prisha kenal suara ini. Dia datang dari lembah tercuram dalam dirinya.
"Orang tua juga punya hidup mereka sendiri kali!" Di situasi terburuknya, suara ini kerap hadir paling sering untuk merayu Prisha agar segera bunuh diri.
"Apalagi kalau anaknya Tukang Bawa Sial kayak kamu buat apa juga ditemani? Sudah benar kamu ditinggalkan. Karena, kamu ... mengerikan!"
Sering kali Prisha berupaya menggunakan dua telapak tangannya guna menutup telinga demi meredamnya. Namun, pagi ini suara itu mendadak hilang sewaktu samar-samar Prisha mendengar seseorang memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ada Air Mata
Ficción GeneralPrisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jika patah hatinya gara-gara Paradikta menikah dapat membuatnya hampir mati konyol. Dia baru saja bebas...