Rumah Tangga.

7.3K 855 80
                                    

"Kamu hari ini ada rencana ke mana?" Paradikta sebenarnya sudah gatal menanyakannya sejak semalam. Namun, sial, ketika dia pulang Prisha sudah terlelap tidur.

Pria itu kira bangun-bangun dia bakal mendengar Prisha yang meminta izin padanya terkait janji temunya bareng Najandra. Herannya, meski Paradikta menunggu sampai dia bela-belain bertahan tetap di kamar sewaktu perempuan itu mandi hingga selesai eh, masih tidak terdengar juga tuh Prisha yang mengungkit apa pun mengenai Najandra.

Jadi, ini maksudnya, Prisha mau pergi diam-diam di belakangnya atau gimana?

Mood Paradikta yang belakangan macam roller coaster mendadak jatuh ambruk. Pun, kian memburuk saat Prisha tampak berdiri kebingungan di dapur sebab Mbok terus berusaha meyakinian Prisha untuk tidak perlu membantu—sesuai instruksi Paradikta yang mendadak waswas kalau perempuan itu dibiarkan berlama-lama main pisau.

Akan tetapi Prisha memanglah bebal. Sudah tak diizinkan motong-motong sayur, nyatanya dia kekeuh turut andil menggoreng ayam untuk sarapan Naga.

Bikin kopi Paradikta tersesap kian pahit saja. Padahal, pria itu sudah sengaja turun lebih awal loh dari ruang kerjanya. Di saat biasanya dia akan memilih menghabiskan paginya yang dimulai terlampau dini untuk mengecek beberapa kerjaan sebelum memutuskan ikut sarapan. Niat utama pengecualiannya pagi ini, jelas dia ingin duduk berdua dan mulai bicara sama Prisha. Namun, jangankan mendapatkan keinginannya untuk mengajak bicara, Prisha malah baru duduk ketika meja makan telah penuh dengan berbagai hidangan sarapan yang gotong-royong dia masak, dan Naga yang sudah lengkap berseragam dituntun oleh Nur Ami untuk duduk bergabung dengan mereka.

Hish! Jadi, mau kapan sih kiranya Paradikta bisa memperoleh atensi dari perempuan itu kalau dia sok sibuk melulu?

Prisha hampir-hampir berdiri dari kursi untuk membantu menyendok nasi goreng ke piring Naga di saat Nur Ami saja padahal bisa melakukan hal enteng itu, sehingga Paradikta yang tak lagi tahan buat menahan lidahnya kian lama hingga kaku di mulut akhirnya secara spontan meraih pergelangan tangan Prisha, menyetop segala pergerakkan yang sedang diusahakan oleh perempuan itu sampai membikin dia terduduk kembali di kursi.

"Tidak ada yang mau kamu sampaikan ke saya? Kamu tidak ada jadwal keluar hari ini? Saya tidak suka ditipu loh ya," kata Paradikta. Tak butuh jadi ahli pembaca emosi melalui geramannya yang tertahan semua orang akan tahu kalau dia kesal.

Prisha sendiri mungkin memang kuranglah peka, tetapi dia sungguh perasa. Dia bisa merasakan kalau ada yang janggal dalam tingkah laku Paradikta sedari pagi. Dia juga bisa mencium kalau ada yang aneh pada diri Mbok yang kemarin bahkan senang sekali menerima Prisha yang bantuin masak di dapurnya. Bak Prisha orang berbeda, pagi ini beliau berusaha cukup keras untuk cepat-cepat mengusir Prisha dari sana.

Ada apa? Apa alasannya? Apakah tanpa dia sadari, Prisha sudah bikin kesalahan?

Walau sedikit tak enak hati karena keputusan bertahannya untuk menggoreng ayam bikin Mbok seperti serba salah, Prisha hanya punya satu dugaan sih. Bahwa, ini mungkin ada hubungannya dengan Paradikta yang hari ini pun bersikap aneh.

Lalu, barusan Paradikta menuduhnya apa? Nipu?

Tidak langsung menanggapi, Prisha melirik ke arah Naga yang menempati satu bangku persis di sisinya pada kawasan meja makan. Bocah itu kini sudah mulai menyuap sendiri makan paginya yang telah dibantu disiapkan oleh Nur Ami.

Hari-hari Naga sudah sangat buruk belakangan. Dipaksa memahami serta menerima kehilangan. Lalu, entah berapa pertengkaran sekaligus kekerasan yang disaksikan anak itu. Walau dia masih sering kelihatan tersenyum bila diajak ngobrol, tapi Prisha tahu anak itu menyimpan ketakutan serta luka yang dalam. Prisha tentu tak mau menambah-nambahi penderitannya yang sayangnya tak kunjung disadari bahkan oleh ayahnya sendiri.

Jangan Ada Air MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang