Kata Nur Ami sewaktu Prisha masuk ke dalam ruang rawat sepeninggalnya rombongan keluarga Paradikta tadi, Naga akan dioperasi besok pagi.
Prisha sebenarnya tak terlalu dapat menangkap infonya dengan jelas sebab Nur Ami berbagi sambil tiada henti tersedu-sedu menangis. Tetapi, menurut pengaduan kilatnya Naga mengalami patah tulang siku akibat terjatuh dari undakan tangga. Well, Nur Ami juga sempat-sempatnya bergosip kalau jatuhnya Naga itu gara-gara Awidya yang terus-menerus mengajaknya mengobrol kemarin hingga dia sukses terdistraksi. Namun, Paradikta hanya memarahinya habis-habisan, dan bahkan berencana segera memecatnya.
Tak cuma itu sambil berkali-kali membersit hidung Nur Ami juga memohon begini kepada Prisha, "Saya nyesel banget, Bu. Janji kok kemarin itu yang terakhir deh saya meleng jagain Den Naga. Saya juga kapok dan sedih Den Naga sakit begini. Saya sungguh-sungguh minta maaf, Bu. Cuma kalau bisa boleh nggak Bu Prisha bantu bujuk Pak Radinya untuk pertimbangkan lagi soal keputusannya? Saya butuh sekali kerjaan ini. Emak saya di kampung janda, Bu. Terus adik saya juga mau masuk SMA. Kalau saya nggak kerja lagi gimana nasib kami?"
Prisha tidak tahu harus meresponsnya dengan cara bagaimana. Karena pertama, mau bagaimana pun faktanya memang gadis itu sempat lalai dalam tugas kan? Masih cukup beruntung kendati mengalami benturan di kepala Naga tak gegar otak.
Lalu kedua, sejak kapan Paradikta yang baru ini sudi mendengar pendapatnya? Nur Ami mungkin memandangnya sebagai istri Paradikta. Namun, laki-laki itu tentulah sebaliknya. So ya, Prisha sama sekali tak punya hak lebih-lebih niat untuk mengintervensi keputusan laki-laki itu dalam hal pengasuhan Naga. Apalagi jika dinilainya apa yang terjadi menimpa anaknya adalah berbahaya.
Maka ya, Prisha memutuskan untuk tak menjanjikan apa-apa bahkan sampai akhirnya Nur Ami jatuh tertidur di sofa ruang perawatan Naga.
Menyisakan Prisha di sana yang kini terjaga sendirian sambil ragu-ragu berjalan ke arah ranjang rawat guna menemukan sosok mungil Naga yang tidur dengan bekas tangis di pelupuk mata.
Ugh, Prisha masih ingat hari-hari saat dia menangis diam-diam menjelang tidur lalu Bapak akan diam-diam juga datang ke kamarnya demi memberi satu hingga dua usapan super-menenangkan di puncak kepalanya.
Bisikan Bapak kala itu bahkan tak mungkin Prisha lupa ketika beliau mengharap, "Kenapa sih anaknya Bapak suka sekali menangis sebelum tidur? Bapak cemas loh kalau Prisha nanti jadi sering mimpi buruk. Besok-besok kalau ada yang jahatin cerita ya, Sayang? Kalau pun mau menangis Prisha selalu bisa menangis di depan Bapak. Untuk setiap kesedihan yang Prisha rasa, ketahuilah kalau Prisha bisa selalu bagikan dengan Bapak. Jangan lama-lama sedihnya ya, Nak?"
Dulu, Prisha hanya merasa tambah sedih kalau melakukannya terang-terangan di depan Bapak sebab biasanya Ibu justru akan balik memarahi Bapak jika menurutnya Bapak terlalu membela Prisha. Namun saat itu, Prisha sudah cukup dewasa untuk mampu berpikir bahwa dibanding merepotkan Bapak atau bikin beliau bertengkar sama Ibu tentu lebih baik jika Prisha simpan seluruh masalah atau pun gundahnya seorang diri.
Akan tetapi, Naga berbeda. Dia masih sangatlah kecil. Dia semestinya ....
Prisha agaknya tidak betul-betul sadar ketika tangannya terangkat demi menyeka rambut anak itu yang jatuh kusut-masai di dahi. Dia juga membetulkan letak selimut Naga yang meluncur ke kaki. Perempuan itu dengan sedikit gamang baru hendak coba menyeka bagian basah di kelopak mata Naga saat suara derit pintu yang terdorong keburu merebak di seantero ruangan.
Agak gugup Prisha memindah cepat tangannya yang baru setengah terulur untuk mengelusi tengkuknya sendiri seraya kembali memutar langkah ke arah sofa.
Sementara itu, Paradikta yang barusan saja masuk serta malah enteng mendahuluinya duduk di satu-satunya sofa kosong dalam ruangan, sudah mulai sibuk membuka laptop dan mengabaikan segalanya. Termasuk Prisha yang berakhir kebingungan harus menggiring dirinya ke mana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ada Air Mata
General FictionPrisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jika patah hatinya gara-gara Paradikta menikah dapat membuatnya hampir mati konyol. Dia baru saja bebas...