Tak Pantas Bersama.

8K 726 58
                                    

Prisha kira Sutha yang kembali menjemputnya di ruang kerja Gustiraja itu hanya akan mengantarkannya pulang atau minimal ke teras depan karena, jujur kalau harus memilih Prisha tentu akan lebih nyaman pulang sendiri mengingat urusannya di sana toh rasanya ya memang sudah selesai. Namun, ternyata asumsinya salah besar. Alih-alih digiring untuk keluar dari kediaman Gustiraja yang kendati mewah tetapi terasa mencekik, setelah merampungkan pembicaraannya dengan Mantan Presiden Direktur Cévo Group tersebut yang berakhir dengan menggantung Prisha justru diminta menuruni anakan tangga dan masuk ke lorong lainnya guna menuju ke ... entah ke mana Sutha bakal membawanya.

Well, Prisha sempat mengira bahwa Gustiraja tak akan menyerah sebelum mendapat apa yang beliau mau. Berdasarkan tabiatnya semestinya ya memang begitu kan? Namun, herannya pria tua itu tadi bilang begini persis setelah tangannya berhenti mengetuk-ngetukan tongkat yang menuntut Prisha untuk makin waspada, "Saya bisa beri kamu waktu untuk berpikir, tapi apa kamu yakin ibu kamu dan keselamatannya bisa menunggu?"

Betapa pun kalimat itu diucapkan dengan santai, tapi memang terkesan lebih sebagai ancaman sih. Cuma setidaknya dia membiarkan Prisha untuk tak perlu langsung memutuskan. Kendati apa yang Prisha simpulkan mungkin tidaklah sama dengan apa sesungguhnya yang Gustiraja niatkan.

Iya, bisa jadi niatnya bukan memberi Prisha ruang kan? Baik Paradikta atau Eyangnya seberapa pun mereka bermusuhan, toh tidaklah mengubah fakta bahwa keduanya sedarah dan mereka memiliki satu kesamaan sebagai keluarga yaitu sedikit sulit diprediksi.

Berjalan dengan sedikit tertatih, sebab ankle-nya agaknya betul terkilir saat tadi dia terpeleset, maka entah sudah berapa kali Prisha menghela napasnya lelah tepat di balik punggung Sutha yang hanya diterpa oleh sedikit cahaya kekuningan nan remang-remang dari lampu-lampu lorong.

Uh, please, walau itu menyulitkan matanya Prisha toh telah berkali-kali mengintip arloji yang melingkar di pergelangannya. Hish, hari semakin siang dan dia sudah berjanji akan tiba di rumah sebelum Naga pulang. Namun, mungkinkah?

Netra Prisha sontak dibuat menyipit bak kesilauan tatkala Sutha tiba-tiba membuka sliding door di ujung lorong yang ternyata mengarah langsung ke area backyard sehingga tak pelak dalam hitungan detik saja semerbaknya sorot matahari di nyaris jam sebelas pagi sukses merembes memenuhi pengapnya lorong.

Lalu, bicara soal backyard dibanding benar memberinya waktu untuk berpikir, Gustiraja yang melemparkan Prisha ke halaman belakang rumahnya untuk berjalan melewati danau buatan berisi ikan-ikan hias beraneka warna hingga akhirnya dia berhasil tiba di gazebo, yang telah lebih dulu ditempati oleh Awidya beserta tamu wanita yang masih coba Prisha ingat-ingat siapa gerangan dia, di mana mereka tampak santai duduk-duduk sambil beberapa kali kentara sekali celingak-celinguk seperti memang sedang menunggunya datang di mana untuk ini Gustiraja tentu punya niat lain di luar memberinya waktu buat berpikir.

Pun, ya sesuai dugaan, Awidya yang mendadak seperti ketiban super-power sontak berdiri kala melihat kehadiran Prisha. Tak mau rugi waktu dia bahkan langsung memberondong melalui serangan bom-bom kalimat tajamnya, "Saya nih yah dari awal selalu curiga sama muka kamu. Muka-muka kriminal! Dan, ternyata kecurigaan saya memang benar!" Dia yang sepertinya juga tahu apa yang Gustiraja sudah tahu bergeleng-geleng jijik sembari mendecih-decih. "Mumpung masih ada waktu gih mendingan kamu mundur! Jangan halu-halu jadi istri Radi yang jelas-jelas diproyeksikan buat jadi pemimpin Jakarta di masa depan. Sadar diri dong! Bukan cuma orang luar, tapi kamu juga enggaklah sebanding sama Radi! Kelamaan gaul sama kriminal kayak kamu yang ada bikin hidup Radi belangsak!

"Nggak kasihan kamu sama Naga? Masa sudah punya ibu kandung yang tukang main serong sekarang dia malah diasuh sama kriminal sih? Mau belajar apa dia? Belajar main gila terus lenyapin nyawa orang? Yang ada masa depannya suram!" Meski tidak melakukan kekerasan seperti pada pertemuannya bersama Prisha terakhir kali, tetapi kalimat Awidya barusan betul-betul menancap kuat, serta sukses menggores hati Prisha yang padahal sudah tidak ada bentuknya.

Jangan Ada Air MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang