Everlasting (Chapter 1)

600 80 10
                                    

100 tahun lalu..

Ribuan anak panah berterbangan di udara. Melesat dan menancap telak di tubuh-tubuh manusia tak berdosa. Darah panas yang mengalir melalui celah panah beracun itu, membunuh mereka dalam kejapan mata.

Tak ada yang bersisa malam itu.

Naas, satu Negeri hancur lebur dengan raja dan pengawalnya yang juga gugur. Menyisakan satu lelaki dengan tubuh berlumuran darah dan anak panah yang bersisa di punggungnya, juga katana yang ada di genggamannya. 

Terseok-seok melangkah mendekati raga tak bernyawa Wanita yang  senantiasa memeluk bayi mungil mereka yang masih begitu merah, mungil, dan juga lemah.

Tangan kasarnya terangkat membelai wajah sang Wanita. Terisak mendengar suara tangis bayi yang menggema di kesunyian malam. Lelaki itu memundurkan tubuhnya, mencoba mengarahkan katana itu pada bayi di pelukan istrinya. 

Tidak bisa. 

Hatinya yang dia kira telah mati kembali bertedak pilu jika harus melukai tubuh mungil itu. Lelaki itu membalik arah katananya. Biarlah waktu merengut bayinya. Kini tugasnya telah usai. Dengan sendu lekaki itu menatap bayi mungil itu. Air matanya mengalir ke permukaan wajahnya. Untuk terakhir kali. Tangan yang telah menghabisi banyak nyawa itu menyentuh kulit halus makhluk kecil tak berdosa di depannya. Dengan suara pilu lelaki itu berkata,

"Maafkan Papa, Sarada."

Lalu katana itu menembus tubuhnya yang langsung terbaring bercucuran darah di samping istri dan putri kecil mereka.

*****

Kabut berjatuhan menurunkan suhu udara. Langit malam yang gelap tiba-tiba bercahaya saat sesosok dengan jubah hitam melangkah di kerumunan mayat manusia.

Waktu yang terasa membeku, tak ada satupun yang bergerak dari tubuh-tubuh itu. Hingga tngisan bayi yang amat serak terdengar telinganya. Sosok berjubah itu membuka tudung jubahnya, Mata abu-abunya menunjukan ketakjuban.

"Kau bertahan di tengah takdir yang kejam, Nak." Tangannya terulur mengangkat bayi mungil itu. Onyx bayi itu terbuka menatapnya, perlahan tangisnya berhenti.

"Hm..." Lelaki berjubah itu bergumam. Sekelebat bayangan masa depan terbaca dari manik Onyx bayi itu. "Kau memiliki takdir yang kejam dalam hidupmu. Semua yang kau cintai akan terenggut darimu."

Lelaki itu menengadahkan kepalanya. Air dari atas langit mulai berjatuhan. Dia menghela nafas berat. "Sungguh kejam, Kau harus mewarisi Karma yang sejatinya bukan milikmu." Lelaki itu kembali menatap bayi di gendongannya dengan senyum lembut. "Tapi tenang saja.. Semua badai pasti memiliki akhir. Begitu pula semua penderitaan yang juga akan berakhir. Walau harus menunggu waktu yang begitu lama."

Saat air langit mulai jatuh semakin banyak. Lelaki itu menghilang bagai kepulan asap bersama bayi mungil itu. Dan secara ajaib, Seluruh tubuh manusia yang di guyur hujan itu perlahan tumbuh menjadi pepeohonan yang tinggi menjulang. Dan kabut-kabut itu lenyap di gantikan semak belukar yang menjalar di setiap sela pepohonan.

End Of Flashback.

*****

*****

Suara riang anak-anak bermain menambah keceriaan di pagi itu. Bocah lelaki berusia 7 tahun memegang pedang yang terbuat dari kayu. Menjulurkannya ke arah teman-teman pasukannya yang bergumul di hadapannya.

"Pasukan!!!! Kita serang musuh yang merobohkan benteng pasir kita!!" Suara cemprengnya khas anak-anak di buat setegas mungkin.

"Haik!!"

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang