Everlasting (Chapter 6)

590 63 13
                                    

80 Tahun lalu..

Ulang tahun Sarada ke-20.

Pagi itu, Sarada berada di kamarnya. Duduk di depan jendela kamar dengan angin musim semi yang berhembus. Rambut hitamnya terkepang dua tersampir di bahunya. Kacamata hitamnya merosot ketika wajahnya menunduk berfokus pada rajutan di tangannya. Beberapa kali saat dingin membelai kulitnya, Tangannya merapatkan sweater rajut yang di kenakannya.

Pintu kamarnya terbuka. Sarada tak peru menoleh untuk tau siapa yang membukanya. 

"Apa yang kau inginkan Mitsuki?" Tanya Sarada tanpa memalingkan wajah dari rajutan di tangannya.

Mitsuki melangkah masuk. "Tuan memanggil Anda, Nona."

Sarada menaruh rajutannya. Mendongak menatap Mitsuki dengan senyumannya. "Sudah ku bilang, jangan terlalu formal padaku."

Mitsuki berdehem. Baru dua bulan dia menjadi penjaga Putri Angkat sang penyihir hitam legendaris yang sekaligus gurunya itu. Mitsuki tak punya keberanian untuk bersikap kurang ajar. Lebih tepatnya... Belum ada keberanian.

Mitsuki mengawal Sarada hingga pada rumah sang penyihir hitam. Lelaki tua yang masih terlihat segar bugar karena mantra-mantranya menyambut putri cantiknya itu.

"Bagaimana kondisimu? Apa kastil itu nyaman ditinggali?" Tanya lelaki tua itu.

Sarada mengangguk. "Otou-sama selalu menanyakan itu sejak tiga tahun lalu saat aku pertama pindah."

Lelaki itu tertawa. "Orang tua ini selalu mengkhawatirkanmu."

"Seharusnya Otou-sama tidak memintaku tinggal sendirian disana kalau mengkhawatirkanku." Sarada mengerucutkan bibirnya.

"Sarada.." Lelaki itu memanggilnya tenang. Sarada mendekat.

"Otou-sama. Apa yang ingin Otou-sama katakan hingga memanggilku kemari?"

"Sudah waktunya kau tau, Sarada." Lelaki itu menatapnya serius. "Tentang kenapa aku menjadi Otou-sama mu. Tentang siapa orang tua kandungmu dan kenapa mereka tidak disisimu saat kau tumbuh besar."

"Bukankah.. Karena mereka sudah tiada?"

"Ya. Kau benar. Tapi ada rahasia yang belum kau ketahui. Alasan kematian kedua orang tuamu. Juga.. Alasan kenapa kau menjadi manusia imortal."

"Imortal?" Sarada membelalak. Tak mengerti apa yang di katakan Otou-sama nya. 

"Ya.. Kau Imortal." Lelaki tua itu melempar pisau tajam kearah Sarada. Gadis yang belum bersiap itu tertancap pisau tepat di dadanya. Sarada merintih kesakitan. Menatap tak percaya pada Lelaki itu. "Lepaskan, Nak.. Kau tidak akan mati karena itu."

Sarada mencoba, sekuat tenaga melepaskan pisau yang tertancap dalam. Darahnya melapisi pisau itu. Rasa sesak di dadanya berangsur membaik. Dan betapa terkejutnya dirinya saat luka itu perlahan menutup. Sarada terduduk syok karenanya. Otou-samanya berjongkok di depannya.

"Kau tidak dapat mati." 

"Kenapa?"

"Karena setiap tebasan pedang Otousanmu pada orang-orang tak berdosa itu. Mengambil waktu kehidupan orang-orang itu dan menjadikannya milikmu."

"Apa maksudmu.. Orang tuaku pembunuh?"

Lelaki itu terdiam dengan aura penyihirnya yang menguar. Menatap Sarada datar dengan satu anggukan sebagai jawaban. Bola mata Sarada bergerak gelisah. Dia tak pernah membayangkan ini semua.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang