Everlasting (Chapter 4)

397 71 12
                                    

Di dunia. Banyak makhluk mistis yang keberadaannya sulit di jelaskan dengan kata-kata maupun teori ilmiah. Vampir, Warewolf, Goblin, Hantu, Dan juga..Manusia yang dapat kekal karena kutukan.

Bagi sebagian manusia, keabadian adalah anugerah. Tapi itu hanya dikatakan oleh orang yang tidak mengalaminya. Bagi mereka yang mengalaminya, keabadian adalah hukuman. Rasa sakit yang terus mereka rasakan dengan melihat kecintaan mereka yang fana selalu meninggalkan mereka sendiri.

Tapi bagi Sarada, keabadian terasa hambar. Dia menjauh dari semua sumber rasa sakit yang dapat Manusia abadi rasakan. Hingga dia menemukan sosok Manusia fana yang mendekatinya tanpa ragu.

Ya.. walaupun lelaki itu tidak tau tentang kutukan keabadian yang dia miliki, karena tentu jika tau, lelaki itu akan bergidik ngeri melihat wanita berusia 100 tahun yang tak menua sedikitpun. Itu akan lebih menyeramkan dari pada melihat hantu yang memang sejatinya jiwa yang sudah mati.

Sarada.. Dia memang hidup. Tapi kehidupannya di dapat dari jiwa-jiwa yang telah lama mati.

*****

"Tuan selalu memerintahkan Nona untuk menjauh dari manusia!"

"Tapi aku juga manusia Mitsuki."

"Kita berbeda Nona. Orang-orang itu akan menyakiti Nona jika tau siapa Nona, Seperti di masa lalu."

Sarada bergeming membuat Mitsuki frustasi.

"Aku akan melaporkannya pada Tuan besar."

Sarada menggapai lengan Mitsuki. "Jangan beri tau Otou-sama."

Sarada bergidik jika membayangkan Ayah angkatnya yang merupakan penyihir hitam itu tau.

"Biar aku bilang dan Tuan akan membuat lelaki itu menjadi tumbalnya."

"Mitsuki!!! Dia hanya tersesat.. Apa kau berharap aku membunuhnya saja? Dan membuat citra nama penyihir hitam jelek lagi? Semua penduduk desa mengenal penyihir hitam sebagai orang yang bengis. Nyaris semua tragedi buruk, Otou-sama yang akan selalu di salahkan mereka."

Mitsuki terdiam. Sarada benar. Manusia-manusia sok tau itu..

"Sungguh? Dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Nona?"

"Aku bersumpah." Sarada menunjukan jari  telunjuk dan jari tengahnya dengan huruf V. Mitsuki tak punya pilihan selain percaya. Lagi pula jika dia melapor, Orang tua pecinta tanaman herbal itu akan mengamukinya lebih dulu karena meninggalkan Sarada terlalu lama.

"Baiklah.." Ucap Mitsuki pada akhirnya. Sarada melebarkan senyumnya dan mereka berjalan memasuki Kastil. "Nona pasti lapar, maafkan aku, aku terlalu menikmati badai sampai tertidur."

Sarada bergumam. Jika dia tidak menyembunyikan sesuatu. Sudah pasti Sarada akan marah akan hal itu Tapi berhubung Mitsuki mengampuninya. Dia juga harus mengampuni Mitsuki kan?

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang