Irreplaceable Partner 9

667 74 29
                                    

Hinata sejak siang berkeliaran di dapur dengan banyak bahan masakan. Setelah segala makanan mewah tersaji di meja. Wanita itu beralih memasak seluruh resep kue andalannya. Hanya untuk menyambut satu tamu yang sudah sejak 3 hari lalu di tunggunya.

Kawaki menatap kesibukan Hinata dengan heran. Lelaki itu melangkah menuju meja makan. Duduk di samping Naruto yang membaca laporan pekerjaannya yang di bawa pulang. Lagi-lagi, Kawaki mengernyit heran. Tidak biasanya Ayah angkatnya itu membawa pulang pekerjaannya ke rumah. Naruto lebih suka menyelesaikan pekerjaan itu di kantor Hokage hingga lembur malam.

"Apa ada yang akan datang?" Tanya Kawaki. Satu piring sashimi dengan potongan salmon dan telurnya menggoda tangannya untuk menyomot satu buah. Namun belum sampai tangan itu pada potongan ikan segar yang menggiurkan, sebuah spatula memukul punggung tangannya.

"Aw.."

"Sabarlah Kawaki. Tunggu Minato terlebih dahulu baru kita makan bersama." Hinata berkacak pinggang memperingatinya sebelum kembali berkutat dengan ovennya yang berbunyi.

Aneh! Ibu angkatnya itu bahkan tidak pernah melarangnya memakan apapun walau Boruto dan Himawari belum mencobanya. Untuk pertama kalinya Kawaki merasa terdeskriminasi dan mengingat statusnya sebagai anak angkat.

"Siapa Minato?" Nada suara Kawaki menyiratkan ketidak sukaan. Siapa orang yang jauh lebih penting dari Boruto dan Himawari sampai membuat dia dimarahi hanya karena ingin mencicipi sashimi?

"Keponakanmu." Naruto menjawab singkat. Dia berfokus pada kertas-kertas itu. Berusaha keras menyelesaikannya sebelum Minato datang.

"Keponakan?" Kawaki bergumam heran. Sejak kapan dia punya keponakan? Siapa keponakannya? Dari mana dia tiba-tiba muncul dihidupnya?

Saat kebingungan itu menggerayai kepalanya. Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian dirinya, Naruto, dan Hinata.

"Tadaima~" Tiga orang berkata bersamaan. Dan Kawaki yakin dua diantara tiga suara itu familiar baginya.

Hinata membuang spatulanya di lantai. Berlari kecil ke arah pintu rumah. Begitu pula Naruto yang langsung mencampakkan kertas-kertas laporan itu dan melompat menyusul Hinata. Kawaki melongo dengan binar keceriaan di wajah ke dua orang tuanya. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Kawaki ikut berdiri dan mengintip mereka.

"Minatooo..." Naruto menyerbu seorang lelaki yang berdiri diantara Boruto dan Sarada.

Hinata mengembangkan senyumnya saat melihat Cucunya pertama kali. Tanpa ingin menunggu, Hinata menarik kerah leher Naruto dari belakang dan menggantikan posisi suaminya untuk memeluk Minato.

"Hinata-chan~" Naruto terjerembab. Teganya istrinya yang dahulu begitu mencintainya menghempaskannya untuk terkesima pada lelaki lain. Ya.. walau lelaki itu cucu mereka sendiri.

Hinata menatap lembut wajah Minato. "Kau sudah makan? Baa-chan membuat banyak makanan untukmu. Ayo ke ruang makan."

Minato mengikuti Hinata yang berjalan merengkuhnya melewati Naruto begitu saja.

"Huh?! Semua orang menyebutku berlebihan saat terobsesi bertemu dengan bayi itu kembali. Tapi lihatlah semua menyambutnya walau bayi itu bukanlah bayi lagi." Gerutu Naruto. Lelaki itu menoleh ke pintu. Tersentak dengan kernyitan di dahinya saat melihat Boruto mengecup Sarada dengan tak tau malunya.

"Kalian ingin bercinta di depan pintu seperti kucing liar atau ikut bergabung ke ruang makan?" Naruto menatap keduanya dengan wajah datar. Muak juga lama-lama melihat kemesraan yang tiada habisnya. Hati kecil Naruto kan menjadi sedikit iri melihatnya.

Sarada mendorong tubuh Boruto menjauh. "Haik.." Dan berlalu mengikuti Hinata dan Minato yang terlebih dulu pergi.

Di ruang makan. Kawaki tak henti menatap Minato. "Kau.. keponakanku?"

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang