Everlasting (Chap.3)

476 64 13
                                    

"Kau—"

Sarada menghampirinya dengan membawa semangkuk dedaunan yang sudah di hanjurkan. Tubuhnya hujau, juga wajahnya. Boruto tak mampu berkata-kata saat melihat Wanita itu mengoleskan sari-sari dedaunan yang telah di hancurkan itu ke kakinya kanannya yang belum sepenuhnya hijau seperti kaki kirinya.

"Sudah ku bilang jangan masuk kesini." Ujarnya datar.

Boruto melihat sekeliling ruangan itu. Terdapat kursi santai dan banyak kotak-kotak berisi tumbuhan kering, juga bathtub kayu yang sudah terisi air hangat.

"Sedang apa kau disini?" Boruto tak sengaja memekik keras, masih terkejut dengan tampilan Sarada. 

Sarada mengernyitkan dahinya. Wajah cantiknya tertutup topeng hijau itu tak ingin banyak bicara. Dan Sarada dengan santainya mengabaikan Boruto, duduk di kursi yang lumayan panjang dengan sebelah sisi yang lebih tinggi. Merebahkan diri disana dan memasang irisan timun di matanya.

"Merilekskan diri. Kau tidak pernah melihat wanita bersantai ya?"

Boruto menggeleng kaku. Sarada lebih terlihat seperti manusia yang di tumbuhi lumut dari pada manusia yang ingin bersantai. Boruto berdiri dari lantai itu dan melangkah masuk mendekati Sarada. 

Lelaki itu mengangkat mangkok yang di penuhi tanaman gerusan. Mencium bau dedaunan dan bunga serta aroma terapi yang menyengat namun menenangkan. 

"Apa ini?" Tanya Boruto penasaran. Sarada melulurkannya ke seluruh tubuhnya. 

"Sesuatu untuk membuat kulitku semakin berkilau, cantik, dan sehat." Sarada menyingkirkan timun di matanya dan menengok ke arah Boruto dengan senyuman lebar. "Mau bergabung?" 

"Tidak, Terimakasih." Jawab Boruto cepat. Dia tidak ingin cosplay menjadi makhluk berlumut walau itu bermanfaan bagi kulitnya. Sarada mencebikan bibir berdecak sebelum memakai timun itu lagi di matanya.

Boruto menggelengkan kepalanya. Dia banyak melihat Wanita bangsawan yang merawat tubuh dengan datang ke gunung dimana ada sumber mata air. Boruto dengar disana juga ada lumpur yang dapat melembabkan kulit jika kau membalurkannya di seluruh badan. Mungkin tumbuh-tumbuhan yang di gunakan Sarada memiliki fungsi yang sama dengan lumpur itu.

"Kau akan berdiri disitu terus?" Sarada bertanya di balik timun itu. "Ingin melihat aku mandi?"

Wajah Boruto memerah. Lelaki itu mendadak gelagapan. "T—TIDAK!!" Sentaknya menatap tak percaya Sarada. 

Dan saat itu, baru Boruto sadari, Sarada hanya mengenakan seutas kain yang melilit setengah dada hingga setengah pahanya. Boruto tak menyadarinya karena tubuh Sarada yang berwarna hijau tapi kini, melihat belahan dada dan paha mulus Sarada. Tubuhnya memanas.

"Berhenti menatap tubuhku, dasar mesum!" Sarada seperti dapat melihat dari balik timun itu. Boruto melotot dengan rona yang semakin panik.

"Kau—" Lelaki itu menunjuk Sarada. Membuat Wanita itu kembali menurunkan timun itu untuk meliriknya. Wajah Boruto terlihat gugup. "Kunci pintunya jika sedang mandi!" Serunya lalu berbalik dan membanting pintu keras-keras.

Sarada mendengus tak percaya. "Ini rumahku tapi dia yang mengatur Ck..Ck."

*****

Boruto menuruni tangga dengan cepat. Tangannya mengibas-ngibas wajahnya yang terasa amat panas. Lelaki itu mendengus berkali-kali menatap pintu besar itu.

"Apa-apaan dia itu. Kenapa bisa sesantai itu dengan laki-laki?" Ujarnya kesal. "Mungkin dia sudah biasa bersama para lelaki. Cih.. Wanita itu."

Setengah jam kemudian. Sarada melenggang turun dengan wajah yang sudah bersih tanpa apapun berwarna hijau tadi. Kimono satin menjuntai seperti gaun di tubuhnya. Berkilau serupa dengan pemakainya.

21+ BorutoxSarada Fanfiction (Kumpulan Cerpen BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang