Tiga

8.2K 550 183
                                    

☀️☀️☀️

"Selain permintaan maaf dari saya, jadi saya harus apa?"

Baiklah, sepertinya nasib buruk menimpanya lagi hari ini.

Sungguh, Manila tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang bahkan membuat keadaannya menjadi rumit sekarang.

"Kita bikin kesepakatan?" Laki-laki itu terlihat sangat angkuh.

Manila memutar bola matanya dengan malas. "Kesepakatan apa?"

"Ketemu bos gue dulu."

"Bos siapa?"

"Lho?" Laki-laki itu terlihat bingung. "Lo nggak kenal gue? Nantangin nih."

Dengan tiba-tiba laki-laki itu meraih tangan Manila dan menjabat tangannya. "Gue Emir. Orang paling ganteng di sekolah ini. Gue punya blasteran Arab yang orang lain nggak punya. Gue juga—"

"Saya nggak perduli." Manila melepas jabatan tangannya dengan paksa.

Emir, siswa kelas 12 yang pagi ini tak sengaja ditabrak Manila di depan gerbang sekolah yang membuat ponselnya terjatuh.

Seperti ucapannya, Emir memiliki blasteran Arab yang membuat wajahnya mudah diingat.

"Kalo lo nggak bisa buat kesepakatan, gantiin hape gue sekarang," Emir mengancam.

"Apa-apaan, nggak," Manila membantah.

"Diajak bikin kesepakatan nggak mau, ganti hape gue juga nggak mau. Mau lo apa?"

Manila merebut ponsel Emir yang berada di tangan laki-laki itu. "Lihat? Ini bahkan masih bisa hidup, Kak. Cuma lecet sedikit di bagian casing, Kakak bisa ganti itu."

Manila mengembalikan ponsel tersebut ke sang empunya. "Saya ganti biaya lecetnya."

Emir dibuat ternganga dengan sikap kukuh dan keras kepala dari Manila. Emir bahkan tak mengenal gadis itu, tapi beraninya ia.

"Gue bisa—"

"Rio pengen ketemu sekarang," ucapan Emir terpotong dengan kehadiran seorang temannya.

Setelah berbisik-bisik sebentar dengan temannya, Emir kembali menatap Manila. "Lo sama gue, kita belum selesai."

***

Sampailah Manila berjalan ke kelasnya, ia langsung duduk di tempatnya, di mana Raya teman semejanya sudah datang lebih dulu.

"Dateng cepet-cepet, tahunya malah free." Raya mengeluh tentang free class yang didapatnya untuk jam pertama.

Suara keluhan Raya membuat Manila menoleh. "Lo terlalu rajin."

Walaupun masih pagi, suasana kelas mereka sudah sangat berisik, khususnya kumpulan anak laki-laki yang sedang berkumpul di kursi belakang.

"Ray."

"Hm?" Raya tak bersemangat.

"Kak Emir temennya Kak Rio si pentolan sekolah kita ya, Ray?" Manila terdengar lemas dengan menatap kosong ke depan.

Mata Raya melebar seketika. Apa ia tak salah dengar?

Raya mengangguk dan menoleh. "Kenapa?"

"Kak Rio berteman sama cowok keturunan Arab itu?"

Raya sungguh terkejut. "Lo tahu dari mana?" Tiba-tiba menjadi excited. "Lo nggak tahu Kak Rio, tapi lo tahu Kak Emir?"

"Cukup bilang ya atau nggak, mereka itu teman baik?" Kata Manila namun pandangannya kosong ke depan.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang