Tigapuluh.

3.7K 294 13
                                    

Yang ditunggu akhirnya datang. Seorang siswi kelas 12 dengan tampang berantakan itu sudah ditunggu di ruang BK sedari tadi. Bukan karena siswi itu melakukan kesalahan, melainkan ia sudah menjadi saksi atas bukti bahwa Raya diculik Beverald.

Raya duduk di sebuah bangku yang terbatasi oleh meja dan berhadapan lurus dengan Bu Ratih.

Siswi kelas 12 itu akhirnya mengambil tempat duduk di sebelah Raya.

Raya menatap siswi yang di sebelahnya dengan tatapan sedikit sinis. Ia tidak peduli bahwa siswi yang di sebelahnya itu kelas 12.

"Siapa nama kamu?" Bu Ratih menatap datar siswi kelas 12 itu.

"Yovi Ariawanti." Gadis bernama Yovi itu menatap Bu Ratih dengan ragu.

"Seluruh warga sekolah tahu bahwa kamu menjadi saksi atas penculikan terhadap Raya pada tiga hari lalu. Jelaskan pada saya soal itu." Bu Ratih tak main-main dalam tatapannya.

"Jadi waktu itu saat saya pulang sekolah, saya liat ada anak cewek yang diculik paksa dimasukan ke dalam mobil, Bu," ucap Yovi, "karena saya refleks, akhirnya saya teriak yang kencang supaya pelakunya bisa tertangkap."

"Kamu tau, siapa yang diculik pada saat itu?"

"Awalnya saya nggak tau, Bu. Cuma berhubung waktu itu ada teman yang bersama saya, dia bilang kalo itu adalah Raya temannya Manila anak OSIS."

"Kamu tahu? Kamu sudah melakukan kesalahan besar di sini. Semalam, saya mendapat kabar dari pihak korban bahwa sebenarnya korban baik-baik saja dan bukan Beverald lah yang menculik. Bahkan tidak ada tindakan culik apapun."

"Maaf, Bu, saya nggak tau."

Mata Bu Ratih balik menatap Raya. "Raya, siapa yang kemarin memberitahu saya soal info itu?"

"Itu, Kak—" Raya hampir saja keceplosan hingga langsung menggantung kalimatnya.

"Kak?" Alis Bu Ratih bertaut.

"Kakak sepupu saya, Bu." Raya nampak ragu. Saat kemarin Raya berusaha menghubungi nomor orangtuanya yang sedang berada di Jawa, nyatanya hal itu tak berhasil karena kampung ayahnya yang berada di pelosok desa, susah sinyal. Dan kemungkinan orangtua Raya tidak tahu hal ini, karena pihak sekolah sulit menghubunginya. Maka hal itu membuat Emir dan yang lainnya beraksi untuk berpura-pura menjadi keluarga Raya saat pihak sekolah menelpon ke nomor Raya.

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi kemarin? Apa kamu benar diculik, kah? Atau apa?"

"Jadi sebenernya bukan diculik kok, Bu. Sudah lebih dari 1 hari saya nggak pulang ke rumah dan milih pulang ke rumah Tante saya. nah makanya dengan cara paksa, Ayah saya nyuruh Om dan Kakak sepupu saya buat bertindak kayak gitu buat bawa saya pulang ke rumah. Saya.... ada masalah keluarga, Bu," jelas Raya.

"Oh, maaf saya tidak tahu." Bu Ratih mengerti. "Apa harus dengan tindakan itu kah hingga orang sekitar mengira hal itu seperti penculikan? Dan juga, kenapa sulit sekali nomor orangtuamu untuk dihubungi?"

"Hehe, Ayah saya memang gitu, Bu. Suka anti-mainstream. Kalo soal nomor ponsel, kayaknya orantua saya udah ganti nomor lagi."

Mata Bu Ratih kembali menatap datar ke arah siswi bernama Yovi tersebut. "Bisa kamu pastikan sebuah hal yang kamu lihat dulu, agar tidak seperti ini? Kamu tahu? Pihak sekolah sudah melaporkan polisi soal ini!"

"I--iya, Bu, saya minta maaf. Saya mana tahu kalo yang nyulik itu bukan anak Beverald? Lagipula seumur-umur saya sekolah di sini, kalo ada korban penculikan gini kan selalu Beverald pelakunya."

"Sudahlah, kalian kembali ke kelas."

****

"Reno! Reno! Saya tidak mau tahu, diam kamu di situ!!!"

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang