Sesuai janjiku nih, kalo 12k bakal next.
Siang ini Ican sudah berada di depan rumah sederhana yang berlokasi di sebuah perkampungan yang pernah Raya bilang.
Ya, ia berada di depan rumah yang kemarin Emir dan Morgan gagal menyelidikinya.
Tidak mengucap salam, tidak memanggil sang empunya rumah keluar, Ican masih diam dan berdiri saja
Ada perasaan yang mengganjal dengan rumah ini. Nampak tak asing, tapi Ican tak tahu siapa pemiliknya.
Lagipula jika Ican memanggil sang empunya rumah agar keluar pun, untuk apa? Toh, ia hanya ingin tahu siapa yang mengisi rumah ini. Apa benar, ini merupakan rumah Manila.
Sedetik kemudian pintu rumah tersebut terbuka. Keluarlah seorang wanita paruh baya yang langsung mengunci rumahnya dari luar, belum menyadari keberadaan Ican.
Saat wanita itu hendak melenggang pergi, sungguh terkejut bukan main saat didapatinya sosok Ican yang sudah berdiri di depan rumahnya.
"Den?" Matanya berbinar melihat keberadaan Ican.
Bahkan Ican yang melihat keberadaan wanita tersebut pun ikut merasa terharu.
Bik Surti, ia yang pernah bekerja di rumah Rio dulu sudah sangat akrab oleh mereka berempat.
"Den Ican?"
Ican lantas tersenyum senang dan menghampiri Bik Surti lalu memeluknya.
"Gimana kabarnya, Den? Den teh baik-baik saja?" Tanya Bik Surti sambil membalas pelukan Ican.
Entah sudah berapa lama, Ican tak mengingatnya semenjak Bik Surti berhenti bekerja di rumah Rio.
Ican melepas pelukannya kemudian bertanya, "Bibik apa kabar?"
Dengan senyumnya Bik Surti menjawab, "atuh baik, Den." Ia mengamati Ican yang semakin hari semakin tumbuh dewasa. "Bibik benar-benar tidak menyangka, sekarang teh si Aden kasep pisan, euy." Transl= ganteng banget.
Ican membalas senyuman Bik Surti. Sudah lama sekali ia tidak berjumpa dengan wanita paruh baya ini. Selain karena berhenti bekerja di rumah Rio, juga karena Ican lupa di mana rumah Bik Surti.
"Aden teh ada perlu apa ke mari?
Ican menatap Bik Surti penasaran. "Ini rumah Bibik?"
Bik Surti mengangguk mantap. "Hooh, atuh. Ini rumah Bibik, masa Aden lupa?"
Dang, Ican terdiam. Rumah yang dimaksud Raya ini adalah rumah Bik Surti, sosok yang ia kenal dengan baik.
****
Ican menyesap segelas teh manis yang dibuatkan Bik Surti. Teh yang tadi bersuhu hangat itu kemudian sudah mendingin karena obrolan panjang yang telah dilewati.Di awal obrolan Ican menceritakan tentang permasalahan seorang perempuan di sekolahnya yang kini nyawanya sedang terancam. Hingga ketika Ican menyebut nama Manila, Bik Surti terlihat merespon kaget yang membuat Ican yakin bahwa Bik Surti mengenal Manila.
Hingga akhirnya Ican bertanya dan Bik Surti bercerita bahwa ia bekerja untuk keluarga Manila saat ini dan ia benar-benar terkejut mengetahui keadaan Manila yang dirundung bahaya.
"Maksud Aden, si Non teh sengaja menutupi identitasnya dari teman-temannya gitu, Den? Atuh kenapa gitu ya, Den?" Tanya Bik Surti saat Ican bercerita bahwa Manila menutupi identitasnya dari orang sekelilingnya.
Ican mengangguk lalu kembali meletakkan gelas beling itu ke atas meja. "Ican juga nggak tahu kenapa, Bu. Makanya semua bingung."
Ican menatap Bik Surti serius. "Tolong beri kemudahan untuk kita semua, Bik. Rio udah hampir frustasi ngurusin dia doang. Di rumahnya, gimana Manila?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Teen Fiction[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...