Emir, Ican, dan Morgan sudah berada di depan pintu ruang UGD. Mereka semua sangat cemas dengan keadaan Rio yang belum bisa dipastikan.
Saat mereka menemui Rio tadi, wajahnya sudah membiru dan terdapat beberapa luka. Bahkan yang sedang dikhawatirkan ketiganya adalah, kepala Rio yang baru saja kena pukul dengan balok oleh Reno.
"Beverald bangsatttttt!!!!!" Emir frustasi sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
Selama satu jam mereka berdiri di depan ruangan itu, mereka hanya terdiam sambil terus memanjatkan doa di dalam hati.
Selama mereka menunggu, Emir dan Morgan sangat menyadari emosi yang Ican pendam. Emir menoleh ke arah Ican yang duduk di sebelahnya. "Lo jangan berpikir yang nggak-nggak."
"Kita harus optimis Rio baik-baik aja," Morgan juga memberi pikiran positif kepada Ican.
Ican mengangguk paham. Dari ketiga sahabat Rio ini, Ican terlihat sangat cemas tentang keadaan Rio. Bahkan hal itu membuat Emir dan Morgan sempat berpikir, apakah ada sesuatu yang diketahui Ican tapi tidak diketahui oleh mereka berdua?
Waktu terus berjalan hingga akhirnya seorang dokter pun keluar dari ruangan Rio. Dokter muda nan cantik itu terlihat lega setelah keluar dari ruangan tersebut.
Melihat Dokter tersebut keluar, dengan refleks Ican berdiri dari bangku dan menghampiri Dokter tersebut, diikuti Emir dan Morgan.
"Keadaannya gimana Dok?" Ican yang pertama bertanya.
"Tentang kepala Rio... Rio nggak amnesia kan, Dok?" Emir hanya mengucapkan apa yang terlintas di otaknya. Kalimat terakhir laki-laki itu membuat Ican dan Morgan menatapnya tajam.
Dokter cantik berpostur tubuh tinggi itu berkata, "keadaan dia membaik. Untung lah, kalian tepat waktu membawa Rio ke sini. Karena kalau sedikit pun kalian telat, itu akan berdampak bahaya untuk dirinya sendiri."
Dokter tersebut menatap mereka bertiga bergantian. "Kalian bisa langsung menjenguk pasien di dalam, asal jangan terlalu agresif, karena pasien dalam proses pemulihan."
Setelah dokter tersebut melenggang pergi, tanpa ragu mereka bertiga langsung masuk ke dalam ruangan tersebut
Saat mereka masuk, Rio sedang duduk di atas hospital bed dengan bersandar pada bantal-bantal yang ditumpuk.
"Ri—" tangan Morgan menahan dada Emir, mengisyaratkan agar laki-laki itu tidak terlalu agresif.
Mendapati kedatangan mereka bertiga, Rio pun menoleh dan menatapnya bergantian.
"Ri, gimana?" Ican bertanya dengan perlahan.
Setelah menatap teman-temannya cukup lama Rio berkata, "kalian siapa?"
Pertanyaan yang dilontarkan Rio tentu membuat mereka bertiga terkejut.
Sontak Morgan menatapnya dengan serius. "Lo nggak kenal kita?"
Rio terlihat memegang kepalanya sedikit kesakitan, membuat tiga laki-laki itu mendekat.
"Gue nggak kenal siapa kalian."
Emir terkejut mendengarnya, bagaimana bisa apa yang terlintas di pikirannya akan terjadi?
"Ini gue Emir, orang yang selalu lo panggil babi arab. Dia Morgan, yang selalu lo panggil musisi papan triplek, dan dia Ican, orang yang lo panggil ajudan setia lo. Lo masa nggak inget sama sebutan konyol lo sendiri?" Emir memperkenalkan kedua laki-laki itu sambil menatap serius pada Rio.
Rio terlihat menunduk sebentar lalu akhirnya kembali menatap mereka bertiga. "Nggak."
"Ri? Lo serius nggak ingat siapa kita?" Ican berusaha meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Teen Fiction[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...