Manila berdiri seorang diri, menunggu Raya yang masuk ke dalam toilet duluan.
Terdapat sebuah kaca persegi yang menempel di dinding luar toilet, Manila membenarkan posisi dasi abunya.
Setelahnya, ia menatap dirinya lekat-lekat.
Apa yang Rio ingin dari dirinya?
Apa yang Tommy ingin darinya?
Apa yang Beverald ingin darinya?Tidak bisakah ia hidup sekolah dengan damai?
"Justru karena dia punya alasan, lo harus mengerti bahwa dia itu baik. Terkadang kita nggak nunggu untuk tahu apa yang terjadi sebenarnya cuma buat lihat orang itu baik atau nggak."
Masih terngiang suara Raya mengenai sebuah perkataannya di kelas. Jujur saja, ucapan Raya sangat masuk akal baginya.
Selain gengsi, rasa takut lah yang membuat Manila membatasi dirinya terhadap Rio. Ia jelas sangat sadar bahwa Rio memang pemegang kendalinya, maka dari itu, ia membangun tembok di antaranya.
Namun tiba-tiba matanya menatap sesosok manusia yang berdiri di belakangnya.
"Mario?"
Laki-laki itu timbul di dalam bayang-bayangnya. Bagaimana bisa saat di rumah sakit sekalipun Rio masih menghantui Manila?
"Mario?" Manila bergumam sambil menepuk pipinya, mungkin ia salah lihat. "Mukanya pucet banget? Jangan-jangan dia mati?!"
"Kalo punya mulut dijaga," suara seseorang membuatnya menoleh ke belakang. Dan nampak, Rio benar-benar ada sedari tadi.
Manila menepuk pipinya sekali lagi. Apakah ia berhalusinasi?
Rio menahan tangan Manila saat gadis itu hendak menepuk pipinya lagi. "Berhenti lakuin ini. Lo nggak halusinasi, gue beneran ada di depan lo."
Manila mengamati tubuh cowok itu dari atas hingga ke bawah. Ia terlihat mengenakan pakaian khusus pasien berwarna kebiruan.
"Kakak kenapa bisa di sini?" Manila memastikan.
"Ini sekolah gue, kenapa gue nggak bisa di sini?" Rio menanggapinya dengan enteng.
Manila memutar bola matanya malas. "Kakak seharusnya ada di rumah sakit."
Tak disangkanya justru Rio malah tersenyum manis. "Gue nungguin lo buat jenguk."
"Jangan bilang kalo Kakak kabur?"
Rio malah menatap Manila dalam-dalam dan memperjelasnya, "gue kabur."
Manila sungguh tak menyangka dengan laki-laki jangkung di hadapannya ini. "Kakak ngapain kabur?"
"Karena gue tahu lo nggak bakal jenguk, makanya gue kabur," sungguh jawaban yang sangat sangat tidak bisa Manila percaya.
"Kakak ke sini cuma buat nemuin saya?"
Rio mengangguk.
"Yang seharusnya Kakak pikirin itu diri Kakak. Kakak nggak seharunya kayak gini. Kalo Kakak semakin parah gimana? Kakak bisa suruh saya datang ke rumah sakit tanpa harus kayak gini." Manila menatapnya tak bercanda.
"Emangnya lo mau dateng ke rumah sakit untuk gue?"
Manila balik bertanya, "emangnya saya punya pilihan?"
Rio tersenyum mendengarnya. Sungguh bukan tindakan yang konyol ia harus rela kabur dari rumah sakit untuk menemui gadis itu.
Tanpa ragu Rio langsung menarik Manila tanpa membuat tangan gadis itu kesakitan.
****
Sambil menikmati padatnya jalan raya dari atas rooftop, mereka sempat terdiam untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Teen Fiction[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...