Tujuh

5.3K 387 49
                                    


"Kali ini gue nggak akan maafin lo."

Manila menatapnya, mata itu sedang menatapnya dengan dingin.

"Lepas." Saat Manila memberontak untuk melepas cengkeramannya, Rio malah mengetatkan cengkraman itu.

Tak sedetikpun Rio mengalihkan mata. Ia fokus menatap Manila dengan dingin.

Hingga saat Manila mulai meringis kesakitan, barulah laki-laki itu melepas cengkeramannya.

"Gue memberi lo kesempatan kabur saat kemarin, bukan berarti sekarang juga. Keadaannya berbeda, lo paham? Gerbang belakang Binaraya dengan Beverald, lo bisa lihat sendiri kan letak bedanya di mana?" Rio nampak begitu marah.

Manila terkejut melihatnya. Entah bagaimana bisa laki-laki itu ada di mana-mana.

"Kenapa lo bisa di sini? Apa pemberitahuan Emir kurang keras di sana?"

Manila yang terdiam sedari tadi itu akhirnya berkata, "kalo gue bilang, gue sengaja melakukan ini, lo mau apa?"

"Lo bodoh. Lo gila. Lo aneh."

Manila terkejut dibuatnya. Bagaimana bisa laki-laki itu berkata seenak jidat?!

"Kembali ke sekolah," perintah Rio dengan wajahnya yang dingin.

Dengan wajah menantangnya Manila berkata, "nggak akan."

"Apa mau lo sekarang? Membiarkan gue susah? Lo tahu bahwa adik kelas lo, adik kelas kita, sampai saat ini belum ditemukan akibat ulah konyolnya kemarin."

"Kalo begitu pergi cari dia."

Tak ingin memperpanjang perdebatan, Rio menghela napas panjang lalu berkata, "ikut gue."

Manila menatapnya dingin. "Gue bilang, nggak akan."

"Gue mohon."

Manila masih terdiam.

"Apa yang harus gue buktiin ke lo, biar lo percaya kalo sama gue, lo aman?"

Manila menatap Rio kesal. "Mario, dengerin gue. Ini bukan tentang percaya atau nggak. Kalo lo menyalahkan gue yang pergi saat ini karena keadaannya yang berbeda, tentu keadaannya berbeda. Pertama, di saat kejadian kemarin, gue bukan satu-satunya yang kabur saat itu. Dan sekarang, gue yang satu-satunya kabur."

Rio tak percaya dengan jawaban gadis itu. "Apa mau lo sekarang?"

"Gue akan pulang."

"Dengan keadaan kaki lo yang pincang?"

"Ini urusan gue."

"Karena gue juga tahu, maka itu jadi urusan gue sekarang."

Manila menghela napas panjang lalu berkata, "gue capek ngomong sama lo. Lebih baik lo kembali ke tempat lo dan cari anak kelas sepuluh itu. Lo tahu? Nyawa dia lebih penting daripada gue."

"Lo berhutang sama gue. Baju seragam gue yang lo pijak kemarin, itu kotor."

Mata Manila melebar mendengarnya. "Tapi—"

"Lo harus membayarnya."

***

"Anjing!" Reno menggebrak meja di ruang pengintaian.

"Sialan si Rio, ruang pengintaian kita diobrak-abrik kayak gini," sahut Roy yang mengikutinya masuk ke dalam ruangan itu.

Reno menoleh ke arah Roy. "Lo yakin kalo ini ulah Rio?"

"Pas kita lagi jaga gudang, dia berkeliaran di Beverald, Ren."

"Puter CCTV!"

Roy pun memutar rekaman CCTV yang diambil dari ruang pengintaian. Sontak tangan Reno mengepal keras setelah didapatinya sang musuh berada di layar monitor mengacak-acak seluruh ruangan.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang