Enam puluh satu (2): Hidup untuk Mati

2K 179 127
                                    


"Jangan pernah menyesal. Nggak perlu menyesal. Nggak baik terus merasa menyesal. Nggak perlu menyalahkan diri sendiri. Syukuri apa yang ada sekarang ini."

-Manila-

Ujian adalah momen di mana kalian akan mengetahui yang mana namanya teman, dengan yang pura-pura teman.

Ya, kelas 12 IPA 2 telah membuat kesan manis sebelum mengakhiri masa putih abu-abu mereka dengan meratakan penyebaran contekan di mata pelajaran terakhir.

Sebenarnya, pada masa pengisian di jam terakhir itu, Emir sudah mengucap janjinya untuk mengakhiri hubungannya dengan Rio karena Rio pura-pura budeg dipanggilnya.

Tapi berhubung​ taunya seisi kelas mencontek semua dari jawaban Udin-entah dapat dari mana-Emir pun beralih mengusik Zaki dan bertanya siapapun selain Rio.

Tapi Rio tak kemakan panik akan teman-temannya yang sudah selesai duluan. Justru Rio sengaja mengumpulkan paling terakhir agar dikira bahwa Rio sedang kesusahan mengerjakannya sehingga ia bisa menggunakan alasan belum mengerjakan kepada teman-temannya yang bertanya.

Ya, itu taktik Rio agar menghindari kecolongan jawaban. Bahkan Rio rela membuang-buang waktunya untuk tidak mengisi jawaban di kertas yang disediakan dan lebih menyimpan jawabannya di otak-agar teman yang duduk di bagian depannya itu tidak sembarang mencolong jawabannya.

Ada tiga hal kenapa Rio nggak pengen nyontekin jawabannya:
1. Dia lagi bete.
2. Dia merasa dia udah belajar mati-matian dan yang lain tinggal nyalin?
3. Rio pelit sama orang yang nyusahin buat dia.
4. Dia pelit sama orang yang ngeganggu dia.
5. Dia pelit sama orang-orang yang sok nampak pinter. Ya, ini sih yang paling sering. Ada satu kejadian di mana Rio ngasih tau jawaban essay ke salah satu teman kelasnya, dan teman kelasnya memberitahu jawabannya ke yang lain dengan mengklaim jawaban itu real hasilnya sendiri. Kalo udah kayak gini, jangan pernah dapet jawaban lagi dari Rio.
6. Rio memang lagi pelit. Gejala kayak gini bisa dateng kapan aja. Dia tergantung mood aja mau ngasih jawaban ke siapa. Termasuk Emir, Ican, sama Morgan sekalipun. Bahkan saking pelitnya, Rio cuma ngasih jawaban ke ketiga temannya, sampe temen sekelasnya yang lain yang nggak dapet jawaban dari Rio itu ngomel-ngomel.

Tak sampai memakan waktu 1 jam pelajaran untuk menyelesaikan ujian mata pelajaran terakhir untuk anak kelas IPA 2, karena 15 menit sebelum bel pulang pun mereka langsung cabut dan membawa tas masing-masing.

Rio dan Ican memilih ke warung tongkrongannya bersama anak kelas 12 lain yang nyatanya sudah ramai di sana. Ya, mungkin karena ini hari terakhir ujian juga, nyatanya dari jam 11 pun sudah banyak anak kelas 12 jurusan IPS yang menongkrong di situ.

Beberapa menit berlalu diiringi dengan canda tawa antara Rio dan Ican yang bergabung dengan gerombolan anak IPS yang sedari tadi menjajaki warung itu. Mereka saling berbagi cerita lucu mengenai kehebatan anak IPS yang tega membuat Bu Ratih hampir masuk rumah sakit karena menjahilinya dengan memasukkan kecoa ke dalam tasnya.

Posisinya, Rio duduk di sebuah bangku panjang yang mana, Rio duduk di ujung bangku, dan di ujung bangku lagi terdapat anak IPS yang membelakangi Rio karena memang sedang menikmati rokoknya.

"Si Miun mana?" Tanya Ican yang duduk di sebuah kursi plastik.

Rio hanya mengangkat bahunya tak acuh. Perasaan dan emosinya sedang tercampur aduk hari ini. Ia merasa ada sesuatu yang aneh. Raut wajahnya seperti seseorang yang dilanda kecemasan, entah apa.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang