Rio berjalan dengan santainya untuk menuju kelas. Tak sengaja saat hendak menaiki anak tangga pertama—nampak ada Manila yang juga menuruni tangga dengan wajah yang terlihat tenang. Gadis itu tidak melirik Rio sama sekali dan berlalu melewati Rio.Selepas dari kepergian Manila, Rio sempat tertegun di situ. Ia merasa lebih bersyukur karena masih diberi orangtua yang sangat menyayanginya.
Manila, gadis itu, memang selalu terlihat ceria dan baik-baik saja di depan semua orang. Mungkin ini adalah jawaban mengapa Manila menutupi identitasnya. Ia menyayangi teman-temannya agar tidak ikut dalam kesedihan yang dialami dirinya.
Bahkan jika mengingat saat-saat dulu—di mana Rio selalu bersikap semena-mena pada Manila---membuat dirinya menjadi sangat merasa bersalah.
****
Bel pulang sekolah berbunyi keras.
Rio berjalan lurus bersama Renata untuk menuju koridor utama. Renata meminta Rio untuk pulang bersama."Ri, menurut lo gimana?" Suara Renata terdengar riang di telinga Rio.
"Oh, iya?" Rio baru menoleh ke arah Renata dan hanya tersenyum. Pasalnya, Rio hanya melamun saat berjalan bersama Renata. Ada sebuah masalah yang menyangkut di pikiran Rio.
Selepas menatap Renata, ia kembali menatap kosong ke depan.
"Jadi, kalo bagi gue sih—"
Rio tidak mendengar ucapan Renata selanjutnya.
Gue nggak bisa terus-terusan kayak gini. Semuanya berhak tahu apa yang gue rahasiain. Termasuk Daddy.
"Rio!" Renata memukul pundak Rio pelan.
"Eh iya, Ren?" Rio baru menoleh.
"Lo dengerin gue ngomong nggak, sih?!" Renata menatap Rio sebal.
Rio menyengir kecil dan menggeleng.
Renata memasang wajah ngambeknya lalu menghentakkan kaki ke lantai dan pergi meninggalkan Rio.
Rio tidak memperdulikan Renata yang pergi duluan itu.
Hingga akhirnya Rio sampai di koridor utama, nampak di sana ada Renata yang bersandar di tembok dengan wajah cemberutnya.
"Masih ngambek sama gue, nih?" Tanya Rio pada Renata yang fokus pada ponselnya. "Oke, kalo gitu gue balik—"
"Nggak jadi ngambek!" Renata buru-buru memasukan ponselnya ke dalam saku baju seragam.
"Ya udah mukanya dibuat biasa aja."
"Habis, gue kesel sama lo nggak dengerin gue ngomong."
"Gue tadi kepikiran masalah, Ren. Maaf deh, ya."
"Manila, ya?" Renata mengucapkan nama itu dengan hati-hati.
"Bukan dia, nggak perlu dibahas."
"Kalo gue mau bahas dia?"
Rio memasang wajah masamnya lalu berjalan meninggalkan Renata duluan.
Renata pun menghela napas panjang lalu mengejar Rio yang sudah berjalan dahulu.
"Anterin gue balik, ya?" Renata berjalan di sampingnya dan mengimbangi langkah Rio.
"Kata lo, kalo naik motor gue itu lama? Terus lo minta gue ganti motor jadi motor ninja?" Sahut Rio, namun pandangannya tetap ke arah depan.
"Nggak gitu. Maksud gue itu, biar lo itu keliatan lebih keren, Ri. Kayak Emir, Morgan, Ican, mereka kan bawa motor ninja. Kan lo jadi keliatan lebih cowok, gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Teen Fiction[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...