Lima puluh

3.1K 235 30
                                    


50.

Rio sudah kembali masuk sekolah.

Kabar itu tentu langsung ramai seantero sekolah karena kembalinya pentolan sekolah mereka. Ada yang memuja-muja Rio, ada juga yang menyinyir kehadiran laki-laki itu.

Di pinggir lapangan nampak ada Raya yang duduk bersebelahan dengan Bianca juga ada Manila salah satunya.

Bianca berada di tengah-tengah, memisah antara Raya dan Manila yang pastinya masih saling diam-diaman.

Entah apa yang membuat mereka berada di situ, Rio penasaran dan menghampiri.

"Hai," sapa Rio pada mereka, yang mana kedatangannya membuat Bianca terpaku.

Manila meliriknya sekilas lalu kembali menikmati anak-anak kelas 11 yang sedang bermain basket.

"Ray."

Raya yang disebut namanya itu sontak melebar. Jadi kedatangan Kak Rio ke sini untuknya? Bukan untuk Manila?

"Kenapa Kak? Oh ya, keadaan Kakak gimana?" Tanya Raya basa-basi.

Rio tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya. "Gue baik. Lo sendiri?"

Melihat senyuman Rio yang begitu manis membuat Raya terpaku melihatnya. Ia tidak pernah munafik. Demi keong mas, Rio sangat manis saat tersenyum.

Raya berusaha mengendalikan dirinya agar jiwa fangirl-nya tidak keluar. "Sa..saya baik kok, Kak."

Saat Rio menanyakan kembali keadaan Raya, tentu Manila mendengar itu. Hal itu jelas membuat Manila menoleh dan entah mengapa raut wajahnya terlihat memendam rasa kesal.

Lalu Rio beralih menatap Bianca yang masih tertegun itu. "Gue pinjam temen lo sebentar, boleh?"

Bianca yang menatap dalam-dalam mata Rio itu bak terhipnotis, lantas saja ia mengangguk.

Mendengar ucapan Rio barusan membuat Manila yakin bahwa Rio akan melakukan hal aneh-aneh lagi. Baru saja Manila ingin menyela ucapan Rio untuk menolak ajakannya, sesuatu terjadi di luar ekspektasi ketiga perempuan itu.

Rio tiba-tiba meraih tangan Raya dan menggenggamnya dengan terang-terangan.

Hal itu tentu membuat pandangan Bianca, Manila, bahkan Raya sekalipun terfokus pada genggaman Rio.

Jantung Raya berdegup lebih kencang. Mungkin kurang lebih akan seperti ini rasanya digenggam oleh Jungkook, aw.

Jelas hal ini berbeda dengan Manila. Rio lebih sering mencengkeram tangan Manila karena Manila yang terus-menerus memberontak. Tapi sekarang, tanpa paksaan ia menggenggam tangan Raya.

Bianca sangat tidak menyangka melihatnya. Jauh dari pikirannya, ia sama sekali tidak terpikirkan bahwa Raya yang akan Rio pilih.

"Gue mau ngomong sesuatu, lo bisa ikut gue?" Rio masih tersenyum manis.

Melihat senyum Rio membuat Raya terkesima dan ikut tersenyum. Manila, bagaimana bisa dia menyia-nyiakan nikmat Tuhan seperti ini.

"Ray?" Rio menjentikkan tangannya yang lain di depan wajah Raya, membuat gadis itu tersentak.

"Eh—itu—umm... Iya Kak, terserah Kakak mau bicara apa sama saya juga bakal saya dengerin."

Masih dengan senyumnya Rio langsung menarik Raya pergi di dalam genggamannya.

Ingin sekali rasanya Raya mengoleksi semua poster berwajah Rio dan ditempelkan di kamar. Jika Rio dan ketiga temannya yang lain adalah sekelompok boy band, jelas Raya akan memilih Rio sebagai bias utamanya.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang