Rio masuk rumah sakit.
Saat mendengar kabar tersebut dari Ican, Emir dan Morgan langsung segera menyusul dengan tergesa-gesa.
"Hai!" Emir masuk ruang inap Rio dengan penuh semangatnya.
"Berisik." Ican yang lebih dulu datang itu menatap Emir tajam sambil duduk di atas sofa.
Rio dirawat di ruang inap kelas VIP, itu akan membuatnya sebagai pasien sangat nyaman. Selain itu, ada beberapa fasilitas yang diberikan rumah sakit di dalam ruangan tersebut seperti sofa kecil salah satunya.
"Jadi gimana ceritanya?" Tanya Morgan yang sudah duduk di sebelah Ican.
Rio menghela napas panjang lalu berkata, "nggak ada yang gimana-gimana. Katanya sih tadi pas bokap pulang dia ngeliat gue pingsan."
"Muka lo pucet gini, lo yakin ini bukan hal yang serius?" Emir berjalan mengambil sebuah apel di keranjang buah Rio.
"Apel orang, coi!" Semprot Ican melihat kelakuan Emir yang selalu konyol.
Di sela-sela menikmati apel yang diambilnya, Emir berkata, "terus bokap lo ke mana?"
"Dia lagi ke resepsionis sama ibu gue." Lalu ia menatap temannya bergantian. "Omong-omong makasih banyak nih, lo pada mau dateng ngejenguk gue."
"Ya ampun Ri, jangan anggap kita seakan-akan orang asing gini, lha," kata Morgan.
Emir mengangguk. "Lo kan sebagai sohib kita gini lagi sakit, ya kita harus jenguk. Gimane seh."
Ican yang sedari tadi menyimak itu akhirnya bersuara, "tadi siang lo kenapa nggak ikut kumpul sama kita?"
Tanpa ragu Rio menjawab, "gue ke rumah Bu Surti."
Saat Rio menyebut nama tersebut Emir langsung terlihat berpikir. Berbeda dengan Morgan dan Ican yang merespon seperti menanyakan kabar dan segala macamnya.
"Bu Surti siapa sih?" Emir selesai dengan pikirannya.
"Kualat kan lo makan apel orang," semprot Ican, "Bik Surti yang dulu kerja di rumah Rio, lo inget?"
Emir terlihat diam sebentar lalu tiba-tiba bersuara, membuat ketiga laki-laki itu tersentak. "YANG SOTO TANGKAR BUATANNYA ENAK?!"
Morgan menepuk jidatnya. Dari sekian banyak jasa yang diberikan Bik Surti, kenapa hanya makanan yang berkesan bagi Emir.
Mengabaikan ucapan Emir, Ican menatap Rio penasaran. "Rio, sebenernya alasan kuat lo deketin Manila itu apa sih?"
"Kecantol?" Morgan menimpali.
Emir memicingkan matanya menatap Rio. "Kalo gue deteksi, lo kayaknya suka sama dia ya?"
Mengabaikan ucapan Emir, Rio malah memasang wajah dengan ragu.
"Manila dan Beverald, atau Manila dan Tommy?" Emir menambahkan.
"Bukan Tommy, tapi Reno," kata Rio dengan jelas.
Ketiga temannya saling menatap tak paham. Yang mereka tahu Tommy yang bertindak menghapus jarak dengan Manila, tetapi mengapa Reno yang Rio sebut?
"Pentolan Beverald itu Tommy, tapi kenapa di saat Binaraya sama sekolah mereka itu ribut, yang turun di medan tempur adalah Reno," jelas Rio.
"Mungkin Reno pengen di posisi Tommy?" Morgan menambahkan dengan nada yang tidak yakin.
Rio menatap ke arah depan sambil menghela napas panjang. Ia hanya mengangkat pundaknya sebagai jawaban.
"Oke," suara Emir kembali terdengar dengan keras, "tentang Manila... Lo udah dapet informasi apa lagi dari dia?"
Rio menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Teen Fiction[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...