Enam puluh tiga

1.6K 163 63
                                    

Ini untuk kalian.
:)






63.






"Manila ngapain aja sih, kok belum balik-balik juga."

Gadis yang masih setia menunggu seseorang yang dianggapnya sahabat itu menghela napas panjang. Ia bosan hanya terduduk diam dan terus menunggu.

Ck!

Ia mendecakkan lidah lalu melihat ke arah jam tangannya. "Ini udah dua puluh menit, Manila."

Hingga akhirnya ia bangkit dari kursi lalu menyusul Manila yang masih di toilet sana.

Tak sampai tiga menit Raya berjalan, ia berlari terburu-buru menuju toilet perempuan.

"Manila mana, sih." Wajahnya sudah dilumuri kecurigaan, kekhawatiran, ketergesaan. Entah mengapa Raya merasa tergesa-gesa.

"Manilaaaaaa, elo ngapain aja di dalem toilet?" Raya berseru sambil berjalan mendekati ambang pintu masuk toilet perempuan.

"Manilaaaaa elo-"

Tapi tiba-tiba mata Raya melebar. Matanya melebar ketika ia berdiri di ambang pintu masuk toilet.

Banyak bercakan darah-bahkan lumuran darah yang berceceran di seisi lantai toilet itu. Sedangkan, pintu-pintu bilik toilet itu tertutup rapat. Ada apa?

Raya masih tak sanggup melihat darah yang segitu banyaknya. Muka Raya memerah, bahkan mulutnya ikut menganga ketakutan. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan ketakutan semakin menjelas di dirinya.

Apa yang terjadi di sini? Mengapa banyak sekali darah berceceran di mana-mana.

Dan Manila?

KE MANA MANILA?!

Raya memutar balik badannya. Ia merasa muak terlalu lama melihat darah itu.

Pandangannya langsung terfokus pada sesuatu di bawahnya.

Itu adalah jejak sepatu yang bercakkan darah.

Bukan jejak sepatu Raya, bukan. Terlihat jejak sepatu itu berasal dari seseorang yang berada di dalam toilet perempuan, lalu melarikan diri dan nyatanya meninggalkan bekas jejak darah yang mengarah ke gerbang belakang sekolah.

Pertanyaannya adalah, siapa yang tega melakukan ini? Dan darah siapa yang berada di dalam toilet itu hingga sebanyak ini?

Raya tidak yakin itu darah Manila. Ada sesuatu yang mengganjal. Pasti Manila melarikan diri. Ada seseorang yang menginginkannya.

Krettt!

Tiba-tiba saja terdengar suara salah satu pintu bilik toilet yang terbuka. Suara itu mampu membuat Raya menoleh.

Keluar seseorang dari dalam bilik itu. Raya memperhatikan betul siapa orang itu.

Ia mengernyitkan dahinya dan melihat dengan-

"MARKO?!"

Mata Raya kembali melebar. Ia tak salah lihat, kah? Itu... Marko! Marko ketua osis-nya.

Marko yang ia tahu nyatanya keluar dari salah satu pintu bilik toilet itu dan ia masih berdiri di ambang pintunya.

"Hai?" Marko terlihat berusaha santai. "Elo temennya Manila?"

Raya tak menimpali ucapan Marko. "Apa yang lo lakuin di sini?!"

Marko terdiam.

"Elo? Kenapa lo ada di dalem toilet cewek, Marko??!!!" Nada bicara Raya menjadi tidak santai. Ia tidak sedang marah pada Marko, tapi entah mengapa ada sesuatu yang sepertinya membuat nada keras bicara Raya terpancing.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang