Empatpuluh tiga.

3.6K 262 94
                                    

Well, ini aku next. Maaf banget buat kalian yang udah nunggu ini lama-lama.

Be smart readers. Dan tinggalkan jejak, jangan cuma tinggalkan kenanangan *eh?

Hope u like it :*

————————————————

"Bawa ke atas sofa! Bawa!"

Terdengar riuh kepanikan sana-sini. Sudah sedari tadi sore Lana pingsan karena Rio yang juga belum ada kabar.

Hingga seperti malam ini, ia kembali jatuh pingsan ketika datangnya ketiga teman Rio yang ia harap Rio juga ada bersama mereka.

"Lurusin kakinya, lurusin!"

Suara Darian sudah terdengar cemas dengan keadaan isterinya itu.

"Mama kenapa, Om?" Revan datang menghampiri ke arah sofa.

"Nyokap lo pingsan. Lo nggak lihat?!" Justru malah Emir yang menyahut dengan nada kesal.

Revan melirik Emir dengan sinis sebentar lalu kembali mencoba membangunkan ibunya yang terbaring di atas sofa itu.

"Nggak punya otak, ya? Kalo dia emang ada pikiran, pasti dia ambilin minyak kayu putih buat sadarin ibunya. Ini malah goyang-goyangin badannya, atuh mana bisa bangun?" Bisik Emir pada Morgan.

Ya, Emir memang sudah tidak enak hati pada Revan. Bahkan rasa benci Emir pada Revan melebihi rasa benci yang Rio punya.

"Kalian bertiga lebih baik ke kamar Rio, biar Om yang urusin soal ini," ucap Darian yang berdiri di dekat sofa.

Dengan diantar Macika, mereka bertiga pun beranjak ke kamar Rio.

Terlihat dari pintunya yang rusak, kamar ini sehabis didobrak sepertinya.

Mereka berempat langsung masuk ke kamar itu. Kamar yang terlihat sudah bukan seperti kamar lagi, sudah diamuk oleh sang empunya kamarnya.

"Pintunya didobrak?" Tanya Ican pada Macika.

Macika mengangguk. "iya, gara-garanya pas tadi pagi itu kamar Kak Rio dikunci dan dengan terpaksa Om Darian dibantu tukang kebun buat dobrak pintunya."

"Pas kedobrak?"

"Udah nggak siapa-siapa. Kamarnya udah kosong."

Mereka berempat langsung menggeledah kamar Rio, siapa tahu menemukan sebuah petunjuk di mana keberadaan Rio.

Seluruh barang-barang mereka periksa hingga ke lemari baju Rio yang isinya bahkan masih komplit dan masih tertata rapih.

Well, Rio kabur nggak bawa baju nggak asik, kan?

Bagian Morgan yang melihat di kolong ranjang, tak ada apa-apa nyatanya. Ia lantas mengibaskan selimut yang menutupi kasur tersebut dan nampaklah secarik kertas yang terlempar ke sembarang arah.

"Wei! Gue nemuin ini!" Dengan semangat, Morgan mengambil kertas tersebut dan memperhatikan dengan jelas.

Semuanya langsung merapat ke arah Morgan. Emir yang matanya langsung berbinar merebut kertas itu dari tangan Morgan.

"Biar gue bacain." Emir menatap kertas itu.

"Cepet!" Ican menatap tak santai ke arah Emir.

"Dear, semuanya, nggak usah tanya ke mana dan gimana keadaan gue sekarang. Gue baik-baik aja dan pastinya aman sentosa. Jangan tanya kenapa alasan gue kabur, karena gue juga nggak tau kenapa. Gue lagi nggak enak mood dan rasanya enakan sendiri. Sendiri bukan berarti gue jomblo ya! Jangan tanya juga kenapa gue nggak bawa apa-apa pas kabur, karena gue sebenernya nggak kabur, gue cuma butuh waktu untuk istirahat. Gue tuh capek sama kehidupan yang penuh drama ini...."

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang