—YAMS—
"MIR! TUNGGU, MIR!"
Ican terus-menerus meneriaki nama cowok blasteran Arab itu yang tengah membawa motornya dengan laju.
Bahkan Emir meninggikan kecepatan lajunya ketika mengetahui keberadaan motor Ican di belakang sana yang tengah mengejarnya.
Ican mengerti, Emir pasti salah paham dan mengira yang tidak-tidak. Sekarang masalahnya adalah, jika ia semakin cepat mengejar motor Emir, motor itu semakin kencang melaju.
Hingga akhirnya lampu merah membuat salah satu mereka berhenti. Itu Ican. Ia yang terjebak di lampu merah—sedangkan Emir yang langsung menerobos pada detik terakhir.
Ican merasakan napasnya memburu kuat. Ia harus tenang saat ini. Baiklah, ia lebih memilih membiarkan Emir yang kebut-kebutan di sana dan menyelesaikan masalah ini ketika mereka sudah berkepala dingin.
****
Prakk!
Emir memecahkan sebuah gelas kaca beling cantik. Ia sungguh kecewa. Bagaimana bisa, Ican yang jelas-jelas sahabat mereka semua itu ternyata menikung Rio?
"Santai, woi!" Teriak Morgan. "Mau berapa banyak lagi, gelas gue yang lo banting?!"
Ya, mereka berdua sekarang berada di kamar Morgan. Kamar yang tadinya rapih dan bersih itu sudah berubah karena banyak pecahan beling yang berserakan di lantai.
"Lo boleh marah, tapi jangan ancurin barang-barang gue juga," lanjutnya lalu duduk di atas ranjang.
"Gua kesel, bisa-bisanya si Ican bohongin kita semua." Emir yang sudah berkeringat itu akhirnya berbicara.
Morgan mendecakkan lidahnya. "Lo harusnya dengerin dia ngomong dulu. Baru, lo boleh marah-marah kayak gini. Bisa jadi niat dia itu baik?"
"Baik gimana sih, Gan? Udah jelas-jelas dia itu suka sama si Manila!"
"Lo kata siapa? Jangan ngada-ngada, deh."
"Kalo bukan karena suka Manila, ngapain juga dia rahasiain kebenaran tentang Manila, sedangkan lo semua tahu bahwa Rio lagi sibuk nyari tau tentang tuh cewek."
Morgan pun akhirnya terdiam. Ia sendiri sudah bingung berkata apa.
Yang dibicarakan pun panjang umur. Ican yang ternyata ingin menjelaskan kesalahpahaman itu nyatanya sudah nampak di ambang pintu—yang kebetulan tak ditutup.
"Gue bakal jelasin." Ia masuk ke dalam kamar Morgan yang berantakan, dibarengi Emir yang memasang wajah masamnya.
"Lo semua salah paham," lanjutnya dengan menatap Emir dan Morgan bergantian.
"Lo mau jelasin sesuatu?" Tanya Morgan.
"Buat apa? Paling dia bakal jelasin dan minta maaf kalo dia itu suka sama Manila," sahut Emir dengan wajah masamnya.
Ican yang mendengar ucapan Emir langsung menatap Emir tajam. "Gue nggak suka sama dia!"
Emir pun menanggapinya dengan tersenyum jengkel. "Mana ada sih penjahat yang mau ngaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Teen Fiction[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...