Lima

6.6K 440 125
                                    

"Lo haru pergi sekarang, Ray." Manila memintanya dengan nada tergesa-gesa.

Raya yang terlihat sangat panik itu memegang tangan Manila. "Sekolah udah semakin sepi, La. Semuanya lagi berebut untuk kabur dan tersisa kita di sini."

Manila meyakinkan Raya, "dengarin gue. Kalo lo ikut gue ke atas, lo akan terjebak bareng gue dan urusannya akan lebih panjang."

"Gimana kalo Kak Rio nemuin lo?"

"Gue jamin, gue nggak akan ketemu dia. Gue bahkan nggak mengenal wajahnya."

"Justru itu. Kalo nanti lo ketemu orang jahat yang tiba-tiba mengaku itu adalah Kak Rio, gimana? Manila, lo kan suka bodoh."

"Gue bodoh, tapi gue yakin gue bisa lolosin diri gue."

"Tapi—"

Manila memeluk sahabatnya itu lalu berkata, "cepat lo pergi." Lalu melenggang pergi menaiki satu per satu anak tangga untuk menuju lantai atas.

Gerbang utama akan ditutup kembali, Raya pun langsung memasuki kerumunan anak Beverald yang sedang menerobos kabur.

Setelah mengambil dokumennya yang tertinggal di lantai atas, Manila kembali menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Hingga kurangnya hati-hati membuat gadis itu terjatuh pada anak tangga terakhir.

Tak ingin berlama-lama, ia bangkit dan berjalan dengan terpincang ke ujung koridor utama.

Matanya membulat ketika menyadari bahwa dirinya lah satu-satunya yang tertinggal di sekolah. Gerbang telah tertutup serta terjaga oleh teman-temannya Rio.

Manila mengutamakan untuk pulang menuju gerbang belakang dimana masih banyak kendaraan sepeda motor yang belum diambil oleh pemiliknya.

Dengan berjalan terpincang-pincang membuat jalannya terhambat. Sungguh ngilu rasanya.

Sakit... ringisnya ketika memaksakan berjalan dengan cepat menuju gerbang belakang.

Manila menghela napasnya yang sudah tidak teratur, jantungnya makin berdegup kencang ketika mendapati fakta bahwa gerbang belakang juga dikunci.

Suara derap langkah seseorang dari belakangnya terdengar menuju ke arahnya. Derap langkah itu kian mendekat hingga terhenti tepat di belakangnya.

Siapa sih yang nggak takut di area belakang sekolah yang sepinya kayak gini? Apalagi parkiran di sini jarang digunain.

Kembali, Manila berusaha tidak berpikir macam-macam karena keadaan sangat memungkinkan untuk adanya tindakan macam-macam di sini.

Brag!

Ia menoleh ke ujung parkiran ketika ada ranting pohon yang tiba-tiba terjatuh. Baiklah, dirinya semakin yakin bahwa ini bukan pertanda baik.

Saat Manila membalik badannya ke arah belakang, ia sungguh terkejut ketika didapatinya seseorang yang bertubuh jangkung itu tengah berdiri di hadapannya.

"Apa?" Kata orang itu dengan sedikit dingin.

Menyadari itu adalah orang yang dikenalnya, Manila menghela napas lega dan menggeleng sebagai jawaban.

"Lo mau kabur?" Kata orang itu.

"Nggak."

"Kalo gitu ikut gue."

Ketika orang itu hendak meraih tangannya, dengan segera Manila menepisnya dan berkata, "lo mau apa?"

"Ikut gue ke tempat aman."

"Apa urusan lo?" Manila sambil melirik sekelilingnya, barangkali akan ada bahaya yang melanda.

"Lo berurusan sama gue di ruang OSIS tadi."

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang