Dua puluh sembilan.

3.4K 273 20
                                    

"Mau sampe kapan kita di sini?"

Ada seorang laki-laki yang nampaknya bosan karena hal yang ditunggu-tunggu tak kunjung muncul.

Morgan dan Ican sudah menunggu di dalam mobil yang terparkir di sebuah perkampungan rumah warga, dimana Tommy dan Manila yang mereka tunggu belum muncul juga.

"Kenapa kita nggak ke bagian Beverald aja? Siapa yang tahu Manila tiba-tiba dibawa ke situ?" Ujar Morgan, yang sama sekali tidak digubris oleh Ican.

"Can?" Morgan mencolek lengan Ican yang akhirnya membuat laki-laki itu menoleh. "Mungkin nggak sih Rio cemburu?"

Ican menatapnya aneh. "Jangan ngada-ngada."

"Gue nggak ngada-ngada."

"Rio cuma merasa bertanggungjawab sama cewek itu," jelas Ican, tak ingin mengambil pusing pernyataan Morgan.

"Tapi kalo ternyata ada hal lain yang bikin Rio se-protect ini sama Manila? Kita nggak pernah tahu perasaan manusia."

****

Di sisi lain, ada Raya dan Emir yang juga memantau seseorang dari dalam mobil.

Setelah sedikit perdebatan di jalan tadi, akhirnya Emir mengikuti arahan Raya untuk pergi ke sebuah kafe di mana foto Manila dan Tommy beredar. Dan benar saja, mereka berada di sana.

Manila dan Tommy berdiri di luar kafe tersebut, dan nampak Manila yang sangat marah pada pentolan Beverald itu.

Raya begitu serius memperhatikannya, di saat yang sama Emir menoleh ke arah Raya. "Menurut lo, mereka obrolin apa?"

"Mereka nggak ngobrol, mereka debat. Lihat dong, Manila marah banget," kata Raya namun fokus melihat Manila dan Tommy.

"Jadi menurut lo, apa yang mereka debatin?"

Raya tertegun mendengar ucapan Emir. Hal tersebut membuat Raya menoleh dan menatap Emir serius. "Menurut Kakak?"

"Bisa aja Manila minta pertanggungjawaban Tommy atas hilangnya lo."

Raya menyimaknya.

"Kemungkinan besar, Manila marah ke Tommy karena lo. Karena satu sekolah tahunya lo hilang karena diculik Beverald."

"Menurut Kakak, Manila perduli sama saya?"

****

"Aduh, Ri, sorry banget, kita nggak nemuin jejak mereka ke mana."

Setelah mereka berpencar untuk membuntutinya Manila dan Tommy, semuanya sepakat untuk kembali kumpul di rumah sakit.

Dan sesuai perkataan Morgan, dirinya dan Ican tidak mendapatkan hasil apa-apa.

Berbeda dengan apa yang didapat Emir dan Raya, hal itu membuat Emir berkata, "gue sama Raya dapet sesuatu."

Sebelum akhirnya mulai berdiskusi, mereka semua memilih untuk mengisi perut dahulu agar fokusnya kembali.

Bagi Ican dan Morgan yang tidak mendapatkan apa-apa, hal tadi benar-benar membuang waktu. Akan lebih baik jika waktu tersebut dipakai makan.

Setelah semuanya kenyang, mereka semua—termasuk Rio, duduk ber-lesehan di atas lantai sambil mengamati sebuah kertas lebar yang berada di tengah-tengah mereka.

"Udah jelas, rute di sini salah." Emir menginterupsi dan membuat tanda silang pada gambar lokasi di kertas tersebut.

Morgan yang menyimak juga memiliki sebuah pertanyaan, "omong-omong, lo kan udah tahu di mana jelasnya tempat tinggal Manila. Apa lo punya rencana untuk itu? Terlepas di nomor berapa rumah dia?"

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang