Enam puluh enam: Final

2.9K 146 73
                                    

Silakan diputar videonya teman-teman, cocok banget sama part ini.

66, final.

Semua mata tersorot pada laki-laki yang tadi sedang berdiri kokoh itu tiba-tiba tersungkur ke aspal.

Emir, laki-laki itu yang nyatanya terkena tusukan benda tajam dari Reno.

Sebenarnya itu sebuah ketidaksengajaan, melainkan, Reno sendiri ingin menancapkan benda tajam itu ke arah Rio.

Alhasil teriakan dari Manila membuat Emir reflek dan langsung menghalangi tubuh Rio yang berdiri di dekatnya.

Sontak Raya, Rio, Morgan, Macika, Manila, dan Emir sendiri terkejut melihat darah segar yang langsung menembus di baju seragam putihnya.

Keadaan itu langsung diiringi jeritan teman-temannya yang sontak membuat puluhan pasang mata lainnya menatap ke arah mereka.

Mata Raya yang masih melebar jelas itu melihat bagaimana Emir tersungkur ke aspal dengan darah yang kini sudah menyatu di aspal.

"KAK EMIR!!!!!!!" Macika tiba-tiba histeris. Lalu ia membatin, nyatanya salah. Bukan Kak Rio yang jadi korbannya, tapi Kak Emir.

Seketika Macika mengingat akan sebuah mimpinya yang mana menggambarkan bahwa Rio akan mati oleh lawannya.

Mereka semua langsung merapat. Manila, Raya, Rio, Morgan, dan Macika langsung merapat ke arah tubuh Emir yang kini sudah tergeletak di aspal.

Alih-alih sebelum semuanya merapat ke arahnya, Reno yang berada di belakang teman-temannya Emir itu dengan sekuat tenaga berdiri untuk melarikan diri.

Dengan tampang memaksanya, Reno menguatkan tubuhnya berdiri lalu berjalan dengan langkah lebarnya bagaimanapun.

"Kak!!!! Kak Emir!!!!" Macika yang jongkok di sebelah badan Emir itu terus menggoyangkan badan cowok itu dengan berlinang air mata.

Raya, entah mengapa gadis itu rasanya masih dilanda shock yang agak berat mengenai apa yang terjadi di depan matanya.

Raya yang juga berposisi sama di sebelah Emir itu hanya memasang wajah paniknya dengan detak jantung yang berdegup kencang. Tapi nyatanya ada sesuatu yang membuatnya tak ingin menangis seperti Macika yang begitu histeris.

Raya tidak bisa menangis.

Sedangkan Manila yang juga ikut dilanda kepanikan itu hanya berusaha menetralkan dirinya karena ada sesuatu yang tiba-tiba menyerang dari dalam tubuhnya, tapi ia terus menyebut-nyebut nama Emir di dalam doa yang sedang dipanjatkannya.

Tak lama itu berlangsung mereka yang melihat ramai-ramai di antara Manila dan yang lain itu langsung menghampiri, alih-alih ada sebuah informasi.

Mata Morgan nyatanya melihat ke arah Reno yang sudah di ujung jalan sana sedang jalan terpincang-pincang-menjauh dari kawasan Binaraya.

Dengan wajah marahnya Morgan hendak berdiri, namun nyatanya Manila yang di sebelahnya itu menyadari akan tatapan dan aksi Morgan, gadis itu akhirnya menghentikan aksinya dengan berkata, "Kak, jangan sekarang. Biar polisi yang urus cari keberadaan Reno. Ini bukan saatnya, Kak."

Morgan pun mengurungkan niatnya ketika mendengarkan ucapan Manila. Memang benar, ini bukan saatnya mengurus si brengsek Reno.

Tak memakan waktu lama akhirnya tubuh Emir yang sudah banyak dikerumuni orang itu akhirnya langsung dibawa ke ambulans untuk ditangani lebih lanjut oleh tim medis dan dibawa ke rumah sakit.

Sontak beberapa temannya-selain Manila dan Rio serta mereka yang hanya ikut berkerumun-langsung mengekor di belakang tim medis yang membawa tubuh Emir ke ambulans.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang