Tiga puluh tujuh.

3.2K 213 23
                                    

🎵 Micelle - selalu ada.

Manila menikmati tempat yang baginya baru sekarang ini. Udaranya begitu sejuk, cocok untuk menyegarkan pikiran.

Laki-laki yang tadi menelponnya, itu adalah Tommy. Mumpung masih di jam istirahat panitia, Tommy mengajak Manila untuk berkunjung ke suatu tempat.

Tempat yang terletak tidak jauh dari tempat panitia OSIS itu sangat terlihat indah. Dipenuhi rerumputan hijau yang menyegarkan mata, sepi namun damai.

Tommy mengajak Manila ke dataran yang lebih tinggi, dimana Manila dapat melihat semua apa yang belum pernah ia lihat.

Sesampainya mereka, tempat itu terlihat seperti bukan di dunia nyata. Terdapat sebuah rumah pohon besar disertai sebuah ayunan kayu, yang mana jika kita menaiki itu akan terlihat suasana dari manapun.

Beberapa meter dari rumah pohon tersebut merupakan jurang. Jurang yang di bawahnya terdapat pohon-pohon besar namun terdapat sungai panjang yang melintas di tengah-tengah pepohonan itu.

Jika kita menaiki ayunan tersebut akan terlihat jelas sungai dan jurang curam tersebut dari atas.

Nun jauh di seberang sana, terdapat sebuah perkebunan teh yang berliku-liku namun terlihat indah. Di sisi kanan dan kiri terdapat gunung-gunung yang masih tertutup sedikit kabut walau siang hari.

Manila terpaku dengan keadaan di sini. Dari mana Tommy tahu semua ini? Dua kali Manila ke lokasi yang sama ketika acara OSIS, tapi ia tidak pernah mengetahui soal letak tempat ini.

Tommy tersenyum kecil melihat Manila yang nampak terkesima. "Mau ke atas?"

Manila menatap sebuah rumah pohon yang dimaksud Tommy. "Emangnya di atas ada apa?"

"Coba aja."

Tommy menghampiri rumah pohon lebih dulu dan mulai berpegangan pada sebuah anak tangganya yang terbuat dari kayu.

"Kita harus jaga alam ini, La. Kabarnya tempat ini akan digusur." Dengan perlahan Tommy mulai merambat, menginjak satu per satu anak tangga untuk naik ke atas.

Manila menatap punggung Tommy yang semakin lama semakin tinggi. Nampak Tommy yang sudah berada di teras rumah pohon itu, ia berjalan ke arah balkon kecil yang berhadapan lurus ke arah Manila.

"Aman?" Manila memastikan.

Dengan wajah tanpa ekspresinya Tommy berkata, "aman. Rumah pohon ini kuat."

Tommy lantas berjalan mendekati sebuah ayunan yang talinya diikat pada batang pohon yang kuat pada rumah pohon itu.

Letak ayunan tersebut ada di sebuah teras kecil rumah pohon itu. Jika kita mengayunkan ayunan tersebut, ayunan itu akan mengayun jauh dari ketinggian yang cukup tinggi. Bahkan jika kita kerahkan sekuat tenaga untuk mengayun tersebut, ayunan tersebut dapat melayang tinggi hingga terlihatlah semua pemandangan dari atas sana.

Tommy mulai menaiki ayunan tersebut dan mengayun-ayun kecil. Sepertinya rumah pohon itu benar-benar aman.

Manila lantasi mengikuti jejak Tommy untuk ke rumah pohon tersebut. Sesampainya di atas, ia sungguh bernapas lega.

Tak sengaja melihat ke arah jurang yang begitu curam, Manila merasa lututnya lemas. Ia memilih berjongkok sambil berpegangan pada alas rumah pohon tersebut.

Sepertinya ia harus melawan ketakutannya sendiri kali ini. Mau tak mau, Manila berjalan dengan perlahan menghampiri Tommy yang masih berada di ayunan.

Pantas Tommy menikmatinya, ternyata pemandangannya lebih bagus lagi jika dilihat dari sini.

Menyadari keberadaan Manila, Tommy menoleh. "Mau coba?"

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang