Bel pulang sekolah terdengar berbunyi nyaring di seluruh penjuru bangunan sekolah.
Manila bergegas mengemas dan menggendong tasnya lalu menuju ruang BK. Ya, ia ingin menanyakan keadaan Rio.
Pintu ruang BK tertutup rapat. Ia bingung harus berbuat apa. Pasalnya, ia juga tidak mungkin masuk ke ruang BK hanya untuk menanyakan keadaan Rio.
Hingga akhirnya Manila hanya mondar-mandir tidak jelas di depan ruang BK.
Tak lama, pintu ruang BK terbuka. Nampak Bu Ratih yang keluar dari ruangan itu.
"Eh, Bu?" Manila nampak kebingungan di depan Bu Ratih.
"Kenapa, Man?"
"Anu, Bu---" Manila menggigit bibir bawahnya.
"Ada apa?"
Manila hanya menatap Bu Ratih ragu. Ia tidak berani mengatakan bahwa ia mencari Rio.
Bu Ratih menghela napas panjang. "Rio sudah kembali setelah bel masuk tadi bunyi. Coba kamu cari ke kelasnya, atau bahkan dia lagi di UKS mengobati lukanya."
"Kelas?"
"Tapi sepertinya tidak mungkin kalau jam segini dia masih di kelas. Coba cek ke UKS, tidak mungkin juga jika dia sedang kesakitan seperti ini, dia masih mencari kantin."
****
Manila sudah berada di depan pintu UKS yang tertutup. Ia masih bingung harus berkata apa jika Rio menanyakan keberadaan Manila di UKS.
"Bisa aja, sih, gue bilang kalo gue itu mau liat keadaan Bianca?" Egonya belum mau mengakui kalau ia memang mencari Rio.
Ia menghela napas panjang. "Gue bisa jadiin Bianca sebagai alasan gue. Terus nanti kalo Kak Rio kegeeran, gue bilang aja kalo dia-nya yang udah salah kira kalo gue mau jenguk dia."
Manila membuka pintu UKS dengan perlahan. Nampak di dalam sana—tiada seorangpun petugas PMR yang berjaga.
Ia berjalan menuju sebuah bilik di mana banyak ranjang-ranjang berdampingan.
Manila membuka pintu kaca transparan itu—yang membatasi ruangan penjaga UKS dengan bilik itu.
Terdengar denyitan suara pintu terbuka, membuat seseorang yang sedang duduk di salah satu ranjang sana menoleh.
Mata Manila melebar ketika ia menangkap tatapan seseorang yang ia kenal.
Itu bukan Bianca. Itu adalah orang yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Rio.
Nampaknya, Rio hanya duduk santai di atas ranjang sambil sedikit mengerang kesakitan di bagian kening dan di sekitar area matanya.
Manila lantas balik badan dan menetralkan pernapasannya. Napas Manila tiba-tiba saja memburu. Detak jantungnya terasa dua kali lebih cepat.
Tiba-tiba saja ia merasa kehilangan rasa percaya dirinya untuk menayanyakan keadaan cowok itu. Kakinya langsung beranjak untuk keluar dari UKS.
"Nggak usah berlaga pergi gitu. Gue tau kalo lo ke sini mau liat keadaan gue, kan?" Suara Rio tiba-tiba terdengar keras membuat langkahnya tiba-tiba terhenti. Bahkan ia juga merasa bahwa jantungnya akan ikut terhenti.
Aishhhh!! Ada apa ini?! Mengapa laki-laki itu mengetahui kebenarannya?!
Manila menggerutu di dalam hati."Nggak usah mikir gue tau atau nggak. Kalo lo beneran khawatir sama gue, mending sini, deh. Daripada nanti malah kepikiran mulu sama gue."
Manila menghela napas kasar. Pasalnya, pede sekali cowok itu!
Ia langsung membalik badan dan memasang wajahnya yang tiba-tiba menjadi datar. Ia sungguh sebal dengan sikap Rio yang terlalu pede itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Teen Fiction[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...