Tiga puluh satu.

3.6K 295 20
                                    

Usai sudah acara telponan Manila dengan pentolan Beverald itu. Tiba-tiba, terdengar di luar sana seseorang tengah mengetuk pintu kamarnya.

Manila membuka pintu dan melihat siapa yang datang.

"Iyeu, Non, pesananna." Bik Surti menyerahkan sekotak Pizza berukuran sedang pada Manila.

"Oh..." Manila mengangguk, "Makasih ya, Bik, anterin ini ke kamar La."

Bik Surti mmengangguk. "Ya udah, kalau begitu Bibik punten ka belakang dulu nya, Non."

Manila mengangguk lalu membawa masuk Pizza itu ke dalam kamarnya.

Aneh. Rasa lapar itu tiba-tiba hilang. Manila sengaja men-delivery Pizza untuk menunjang makan siangnya itu. Namun nyatanya, setelah Pizza itu datang semua rasa laparnya lenyap begitu saja.

Hingga tibanya pada saat malam ini. Lebih dari sejam yang lalu Manila mengurung diri di kamar karena kembali sibuk chattan dengan pentolan Beverald itu. Bahkan ia hingga melupakan makan malamnya ini.

Jam dinding telah menunjukan pukul 21.00 WIB, namun nyatanya belum ada rasa lapar yang muncul di dalam perutnya. Selera makannya hilang begitu saja.

Manila masih senyum-senyum sendiri menatap ponselnya itu yang penuh dengan isi chattan LINE dari Tommy.

"Ish, apaan sih. Gak jelas banget deh lo, Tom." Tercetak jelas lengkungan senyum kecil yang manis di bibir cewek itu.

Tok-Tok-Tok!

"Manila!! Manila!!!" Pekik seseorang dari luar kamar sambil mengetuk pintu kamar Manila.

"Iya, Ma?"

"Kamu gak makan? Ayok makan bareng Mama."

"Duh," gumam Manila, "Masalahnya, La gak laper, Ma."

"Jangan gitu, deh. Nanti kamu sakit perut. Udah ayok buruan turun."

"Ya udah. nanti La nyusul."

"Oke, jangan lama-lama. Jangan ngurung di kamar mulu, kamu. Dikata pengantin baru, kali."

Manila menghela napas panjang setelah tidak terdengar lagi suara pekikan Mamanya dari luar sana.

21.30

Mata Manila sudah mengecil malam ini. Matanya mulai mengantuk, bahkan sangat mengantuk. Ia mulai melupakan soal chattan-nya dengan Tommy lalu meninggalkan cowok itu untuk tidur.

*****

Uwek!
Uwek!
Uwek!

Manila menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Ia langsung mengelap bibirnya yang tersisa sedikit bekas muntahannya. Entah apa yang membuat dirinya seperti ini. Pagi-pagi seperti ini ia sudah merasakan perutnya mual dan ingin selalu muntah.

Apa gue salah makan, ya, di sekolah? Perasaan, nggak, ah.

Manila berhenti menatap pantulan dirinya di cermin setelah mendengar seseorang mengetuk pintu kamar mandinya-yang berada di dalam kamarnya.

"Manila! Manila!"

"Iya, Ma?"

"Katanya mau sekolah? Ayok buruan, nanti kamu telat."

"I-iya." Manila langsung membuka pintu kamar mandi dan nampaklah Mamanya sudah berdiri dengan kokoh di situ.

"Katanya mau sekolah, ngapain kamu di kamar mandi? Udah jam 7 kurang, nih."

"I-iya, maaf, Ma."

"Ayok."

"Ke mana?"

"Kamu 'kan mau sekolah? Mama antar, oke?"

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang