Lima puluh lima.

2.7K 224 24
                                    

—55—


Rio melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan perasaan malas ia menuju ke kamar.

Namun kebetulan saat ia melewati ruang tamu, terlihat keberadaan seseorang—sedang ditemani mengobrol dengan kedua orangtuanya.

Rio mengucek-kucek matanya—memastikan orang itu bukan lah mimpi.

"Saya teh minta maaf atuh ya Pak, Bu. Saya teh sebenarnya juga tidak tahu kalau Den Rio teh ke rumah saya."

"Bu Surti?" Rio menghampiri Bik Surti yang membuat mereka semua pun melihat ke arah Rio.

"Ini bener Ibu, kan?" Mata Rio berbinar tidak percaya. "Ibu ke mana aja? Rio kangen banget sama Ibu."

Bik Surti membalas ucapan Rio dengan senyuman.

"Rio, duduk!" Perintah Darian—di mana Rio langsung mengikuti perintah ayahnya dan duduk di sebelah Bik Surti.

"Iya Bik, harusnya saya mendengarkan ucapan Mas Darian dulu tentang kebenarannya," ucap Lana—yang duduk di hadapan Bik Surti—bersebelahan dengan Darian.

"Tuh kan bener apa kata Rio. Habis Ibu nggak dengerin apa kata Rio dulu, sih. Rio yakin kok, Bu, kalo Dad itu nggak bakalan bohong," timpal Rio meyakinkan Lana.

"Omong-omong, kalau Bibik masih ingin bicara banyak dengan Rio, silakan. Saya dengan Lana sangat meminta maaf karena diundang untuk datang ke pernikahan teman." Darian bangkit dari sofa.

"Oh baik atuh, Agan. Lagipula saya teh mau pamit juga, masih banyak kerjaan di rumah." Bik Surti ikut berdiri.

"Lho, kenapa buru-buru? Di sini juga ada Rio, Bik. Saya yakin Rio pasti ingin bicara banyak sama Bibik." Lana juga ikut bangkit dari sofa.

"Tapi di rumah teh masih banyak pekerjaan, Bu. Saya teh benar-benar minta maaf jika tidak sempat berkunjung lama-lama."

Rio yang mendengar itu sontak berdiri dan berkata, "Bu, Ibu tau kan kalo waktu Ibu buat Rio tuh dikit banget? Bahkan nggak ada waktu buat kita berdua kumpul kayak gini lagi. Rio mohon, untuk kali ini jangan pergi dulu ya, Bu?"

"Memangnya kenapa, Den? Lagipula kalau Aden mau, nanti Bibik akan usahakan untuk datang ke rumah Aden sesering mungkin."

"Ada hal penting yang ingin Rio tanya, Bu." Rio menatap mata Bik Surti dalam-dalam.

"Sepenting apa sih, Nak?" Lana menyahut dengan wajah kepo-nya.

Rio lantas buru-buru diam, selang beberapa waktu ia kembali berkata, "urusan negara."

"Terus, Dad juga nggak boleh tau, gitu?" Darian mengangkat alisnya.

Rio menggeleng dan menatap Darian datar. "Only myself, Bu Surti, and God can know."

Darian dan Lana pun tertawa kecil melihat sikap kekanak-kanakan Rio lalu akhirnya mereka berdua melenggang pergi.

Pandangan Rio kembali menatap Bik Surti. "Bu?" Ia dan Bik Surti kembali duduk dan keadaan sangat hening kali ini.

"Iya?"

"Rio mau ngomong serius sama Ibu. Ibu nggak mau Rio kecewa, kan?" Rio mengangkat alisnya—memastikan.

"Memangnya ada apa, Den?"

"Ibu sayang sama Rio, kan?" Rio menatap Bik Surti tulus lalu menggenggam kedua tangan Bik Surti yang berada di pangkuannya.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang