"Kak, saya boleh bertanya?"Emir mengangguk lalu kembali menyantap makanannya yang tadi sempat diasingkan.
"Kenapa malam itu Kak Rio bisa datang tolongin saya?"
"Menurut lo kenapa nggak bisa?" Emir malah membalikkan pertanyaan.
Manila menatap Emir serius. "Apa karena Kak Rio udah bekerja sama dengan anak Beverald? Saya pernah menyakiti perasaan dia Kak, itu nggak membuat kemungkinan kalo dia benci saya dan balas dendam."
Emir langsung minum dengan cepat kemudian tertawa dengan kencang. "Lo bilang apa? Rio bales dendam ke lo? Hahahaha."
Manila tak mengerti jalan pikiran laki-laki di hadapannya itu. Emir tertawa sangat puas.
Setelah berhenti dari tawanya Emir kembali berkata, "gimana bisa lo berkata kayak gitu?"
"Tapi mungkin aja kan, Kak?"
Emir mengangguk dengan ragu. "Mungkin, tapi kedengaran nggak masuk akal. Kalo pun dia mau bales dendam ke lo, dia nggak akan tumbalin lo ke Beverald, itu nambah kerjaan dia."
"Jadi sebenarnya?"
Emir menghela napas panjang lalu berkata, "pas malam itu, gue ada di sana sebenarnya. Gue tanding catur sama salah satu anak Beverald. Dan tiba-tiba lo ada di sana, gue kaget dong. Gue telepon lah Rio, karena gue nggak berani nolongin lo sendirian. Dan pas gue telepon Rio, dia kedengeran lagi cekcok di rumah. Dan ya gitu, akhirnya dia dateng dan nolongin lo agak telat."
Manila terdiam mendengarnya, ternyata kedatangan Rio semalam benar-benar karena ingin menolongnya.
"Kenapa?"
Ia menatap Emir lesu. "Anak Beverald itu bilang kalo saya harus minta pertanggungjawaban dari Kak Rio atas kejadian buruk itu. Hal itu bikin saya berpikir kalo mereka ngelakuin itu ke saya karena Kak Rio. Tapi ternyata saya salah paham."
Emir tersenyum mendengarnya. "Mereka selalu punya cara buat bikin siapapun benci Rio."
"Tapi sikap Kak Rio juga aneh, Kak. Dia bilang ke saya kalo saya harus nurut sama dia buat nggak pernah kabur dari dia. Dia selalu bilang kalo ada sesuatu yang mengancam saya di luar sana, tentang Beverald, tapi dia nggak mau kasih tahu alasan dia, Kak."
"Kadang kita nggak pernah tahu jalan pikir Rio. Jangankan lo orang baru, gue sebagai sahabatnya dari lama pun, nggak pernah mengerti sampai sekarang. Ada sesuatu yang Rio ketahui, tapi kita nggak."
Manila menunduk. Ia merasa malu karena sempat membenci laki-laki itu. "Saya merasa bersalah."
Emir tersenyum mendengarnya lalu menghibur Manila. "Nggak perlu merasa bersalah, nggak cuma lo yang salah paham. Banyak anak-anak di sekolah yang juga nggak suka sama Rio."
Manila mengangkat wajahnya kembali menatap Emir. "Saya minta maaf Kak."
"Lo bisa ngomong langsung ke dia."
"Bukan itu. Saya minta maaf atas kejadian hape Kakak. Saya akan ganti itu."
Emir tersenyum geli mendengarnya. "Nggak usah dibahas lagi. Sebenarnya gue nggak masalah. Saat itu, gue seneng aja nyari suatu bahan buat bikin hari-hari gue seneng, yaitu dengan ngerecokin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Teen Fiction[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...