Sembilan

5.8K 404 56
                                    


"Mereka semua lagi ngomongin apa sih?"

Di sela-sela pelajaran berjalan Manila berbisik pada Raya. Hari ini sungguh aneh, anak sekelasnya nampak diam-diam membuka ponsel.

Manila mengecek grup Line kelasnya, sepi-sepi saja. Apa yang anak sekelas bicarakan?

"Lo udah nomor tiga?" Raya malah bertanya tentang jawaban dari soal yang diberikan Bu Nani.

"Ray?" Manila menjentikkan jarinya di depan Raya.

Raya menutup bukunya lalu menatap Manila. "Lo nggak tahu apapun?"

Manila menggeleng. "Emang apa?"

"Ada gosip menyebar bahwa beberapa hari lalu Kak Rio dihukum bareng salah satu anak organisasi. Dan si anak organisasi ini adalah anak kelas sebelas, yang berarti seangkatan sama kita."

"That's normal. Cuma dihukum bareng beda angkatan, apa yang jadi permasalahan?"

Raya mengangkat pundaknya. "Nggak ada yang spesial sebenarnya. Cuma terkadang, berita apapun yang menyangkut Kak Rio selalu dibesar-besarin."

"Dia banyak yang suka?"

"Kak Rio?" Raya nampak berpikir sebentar. "Imbang sih. Bisa dibilang lima puluh persen orang suka, memaklumi, dan lima puluh persen lainnya benci dan nggak perduli."

"Baik cewek maupun cowok?"

Raya mengangguk. "Bagi sebagian cewek, Rio adalah cowok yang banyak gaya, terlalu cari perhatian. Bagi sebagian cowok, ya lo tahu lah, sesama cowok pasti merasa gimana."

Manila mengangguk saja mendengar penjelasan Raya.

"Lo sendiri gimana? Lo belum cerita ke gue kejadian pas di Beverald kemarin?"

Manila nampak tak bersemangat lalu menghela napas panjang. "Hampir sial, gue dikejar anak Beverald."

"Terus-terus?"

"Mario yang pernah gue ceritain ke lo, lo ingat?" Tanya Manila yang diberi anggukan oleh Raya. "Gue ketemu dia," lanjutnya.

"Jadi lo pulang dibantu dia?" Tanya Raya yang terlihat antusias.

"Nggak. Gue pulang sendiri. Dia malah nyaranin gue untuk kembali ke Binaraya, dan gue nggak mau, karena nyokap gue nungguin di rumah. Kita berdebat, hingga akhirnya dia mengalah."

"Kenapa dia bisa ada di situ sama lo?"

"Dia salah satu temannya Kak Rio, Ray. Gue lihat sendiri, dia berteman sama Kak Emir. Selain itu, dia juga mengaku kalo dia itu temannya Kak Rio."

Raya terdiam dan berpikir. Mario mana yang Manila maksud? Mario anak kelas 12 yang Raya tahu, dia sama sekali tidak ingin berhubungan dengan Rio pentolan sekolahnya.

"Lo yakin dia temannya Kak Rio?"

Manila menatapnya serius. "Serius, Ray. Bahkan dia nolongin gue buat pulang pas gue kabur lewat gerbang belakang."

Terdengar masuk akal Raya pun berkata, "beruntunglah dia nolongin lo. Kalo saat lo kabur dan ketemu Kak Rio, gue nggak pernah tahu gimana nasib lo, La."

"Walaupun gitu, gue tetep nggak suka sama dia, Ray. Dia ganggu banget."

"Terlepas dari sikap dia yang bikin lo nggak nyaman, gimana pun juga lo harus berterima kasih sama dia. Coba lo bayangin, pas lo terjebak di Beverald, kalo bukan dia yang lo temuin, tapi malah anak Beverald itu, Kak Rio bisa aja marah besar karena saat itu anak kelas sepuluh aja belum ketemu, dan lo malah nambah beban."

"Lo benar."

"Suatu saat, lo harus kasih tahu gue dia yang mana, oke?"

Manila mengangguk saja. Lagipula ia tidak akan bertemu dengan laki-laki itu lagi.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang