Enam belas

4.5K 393 25
                                    

Manila tersenyum senang karena sekarang ia bisa jalan seperti biasanya. Kakinya yang diurut Bik Surti semalam langsung pulih seketika walau belum sepenuhnya.

Selain itu ia juga begitu senang karena hari ini pulang lebih cepat karena ada rapat guru dadakan di sekolah.

Dan hal yang terpenting adalah, ia tidak bertemu Rio seharian ini, ia sungguh bersyukur.

Merasa sangat bahagia hari ini, ia menghibur dirinya dengan memakan berbagai jenis es krim ke sebuah toko es krim yang sangat lengkap. Dan ia sekarang merasa puas.

Ia duduk manis di halte bus menunggu ojek langganannya menjemput. Karena terik matahari yang sangat panas, ia menikmati es krim cup rasa coklatnya untuk mengisi waktu menunggunya.

Tiba-tiba terdengar suara motor mendekat ke arahnya. Sebuah motor besar berwarna hitam berhenti di dekatnya. Penggunanya melepas helm lalu duduk di ujung halte.

Manila menyadari keberadaan orang tersebut. Ia menoleh ke orang itu yang masih menggunakan buff di wajahnya.

Manila masih memperhatikannya hingga saat orang itu membuka buff-nya, ia tertegun. Langsung lupa dengan es krimnya Manila mengenali siapa pemilik wajah tersebut.

Ia lantas membuang wajah dan berpura-pura tak melihatnya.

Tapi suara orang itu terdengar mengerang kesakitan, membuat Manila terus ingin meliriknya.

Mengingat kejadian di malam itu, laki-laki itu berbeda dengan teman-temannya dan malah nampak ingin membantu.

Karena kesalahannya sendiri yang berteriak minta tolong membuat banyak anak Beverald yang tahu keberadaannya malam itu.

Meninggalkan es krimnya dengan sembarang, Manila menghampiri laki-laki itu yang tengah menyiram jemari tangannya yang berdarah dengan air mineral.

Merasakan kehadiran Manila, laki-laki itu mendongak menatapnya.

Manila membuang rasa takutnya dan berusaha tenang. "Um… T…Tommy?"

Laki-laki yang disebutnya Tommy itu berhenti menyiram tangannya lalu menatap Manila aneh. Gadis berseragam Binaraya yang menghampirinya, ada apa?

Manila bingung berkata apa lagi, ia mengalihkan matanya saat Tommy balik menatapnya.

"Lo kenal gue?" Kata Tommy dengan singkat.

Tommy yang pernah bertemu dengan Manila sebelumnya adalah pentolan dari SMA Beverald, rival dari sekolahnya.

"Kenapa?" Tak ada jawaban dari Manila, Tommy mengganti pertanyaannya.

Entah kenapa sebuah hal terbesit di pikirannya. Melihat jemari Tommy yang berdarah membuat Manila mengambil obat merah dan kapas dari tasnya lalu meletakkannya di samping laki-laki itu.

"Terima kasih, dan gue minta maaf."

Tommy melirik barang-barang yang dikeluarkan Manila lalu menatapnya aneh. "Kita saling kenal?"

Jika dipikir-pikir lagi, sikap Manila ini sangat konyol. Dengan mengenakan seragam sekolah yang merupakan musuh dari pentolan sekolah tersebut, rasanya seperti bunuh diri.

Manila berdekham sesekali lalu berkata, "terima kasih buat malam itu, dan gue minta maaf karena udah lukai tangan lo…."

Tommy menunjukkan jemarinya yang berdarah. "Gue barusan kecelakaan, ini bukan karena lo."

Manila buru-buru menjelaskannya. "Maksud gue… itu… maaf kalo kedatangan gue di depan lo mengganggu, tapi gue minta maaf karena pas malam kejadian itu, gue gigit tangan lo."

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang