"Lihat siapa yang sedang berbahagia hari ini..."
Melihat suasana yang berbeda, Emir pun ikut menggoda Rio yang nampak tersenyum sedari tadi.
"Lo kenapa?" Itu suara Morgan, teman semeja Emir yang kebetulan sahabat mereka juga.
Dikarenakan Ican yang belum sembuh, hari ini Rio masih menduda, alias duduk sendiri.
Rio yang duduk di tempatnya itu tiba-tiba tertawa geli. Setelah itu menatap Emir dan Morgan yang duduk di depannya. "Gue bahagia hari ini."
Emir dan Morgan ikut tersenyum, entah kenapa.
"Lo tahu? Muka anak cewek itu lucu banget pas gue suruh maju ke depan dan dia nggak bisa jawab," lanjut Rio masih dengan tawanya.
"Jadi lo beneran tutor di kelas dia?" Emir sedikit terkejut yang diberi anggukan Rio sebagai jawaban.
"Eh apa nih? Gue ketinggalan apaan? Kok gue nggak tahu apa-apa?" Morgan yang memang tidak pernah ikut dalam hal brutal mereka itu seringkali tertinggal informasi dari sahabatnya sendiri.
"Lo ingat kalo casing hape gue lecet gara-gara ditabrak anak kelas sebelas?" Morgan mengangguk saat Emir bertanya. "Rio main-main sama cewek itu," lanjut Emir dengan tersenyum.
"Maksud lo... Rio bales dendam gitu?"
"Nggak, itu kebetulan aja. Dia yang berurusan sama gue, ternyata berurusan sama Rio juga. Dua kali Rio ketemu pas gadis itu kabur saat pertempuran sama Beverald kemarin. Dan entah kenapa Rio kelihatan...." Emir menggantung ucapannya.
Morgan tersenyum mendengarnya. "Gue paham. Dia yang nggak tahu kalo lo adalah pentolan sekolahnya? Dia nggak tahu Mario dengan Rio adalah orang yang sama?"
Rio mengangguk. "Iya, bodoh banget itu cewek."
Lalu Morgan menghela napas panjang dan berkata serius, "jangan lupa sama hal di Beverald itu, Ri. Walaupun gue nggak ikut turun, gue juga mengawasi. Lo harus memperingati dia, ancaman Reno nggak main-main."
Senyum dari bibir Rio pun perlahan memudar. Ia menatap kosong ke arah depan, seperti ada hak serius.
Emir menepuk pundak Rio. "Jangan terlalu dipikirin, lakuin pelan-pelan."
***
"Apa? Anak kelas sebelas yang dihukum bareng Kak Rio itu elo?!"
Anak sekelas terkejut mendengar pernyataan Manila tentang dirinya. Tepat pada jam istirahat, Manila sudah dikerubungi teman-temannya.
"Pantesan dari tadi Kak Rio kayak ngincar lo gitu. Aneh banget, seakan-akan tatapan dia nggak lepas dari lo," Kevin menambahkan.
"Terus gimana? Tapi lo nggak berurusan apapun sama dia, kan?" Tika juga ikut memastikan.
Manila menghela napas panjang lalu berkata, "kayaknya realita akan terjadi jauh dari ekspektasi. Ekspektasi gue untuk datang ke sekolah cuma buat belajar, kayaknya bakalan pupus."
Ada sesuatu yang ingin Raya tanyakan pada Manila. Dengan galak, Raya mengusir mereka semua agar tidak mengerubungi Manila lagi.
Walaupun kesal dengan sikap Raya, mereka pun akhirnya menjauh dari Manila.
Saat memastikan tidak ada yang memperhatikannya, Raya langsung berkata, "La, jangan bohongi gue. Jelasin hal lain yang menyangkut antara lo dengan Kak Rio."
Sambil menatap ke arah depan dengan kosong, Manila berkata, "kalo gue bilang Kak Rio berhak bunuh gue kapanpun, apa lo percaya?"
Mata Raya terbelalak kaget mendengarnya. "Maksud lo? Manila, jangan gila."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Teen Fiction[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...