Dua puluh lima.

3.9K 288 13
                                    

Bianca, sang ketua kelas 11 IPA 2 masuk ke dalam kelas lalu menempelkan sebuah kertas di pintu yang berisi sebuah pengumuman.

Kertas itu berisi pengumuman salah satu progam kerja OSIS yakni bakti sosial yang akan diselenggarakan hari minggu besok. Dan seluruh murid di sekolah diwajibkan menyumbang dana, pakaian layak pakai, ataupun makanan.

Manila yang habis dari ruang OSIS itu duduk di kursinya dengan raut wajah yang sama lelah.

"Sukses ya Sis, prokernya," Raya yang sedang membaca novel itu menyikut lengan Manila.

Manila bersandar pada kursinya dan menatap ke arah depan. "Akhirnya..."

"Akhirnya apa?"

"Gue ada tujuan buat ke luar rumah."

"Emangnya?"

"Kalo lo mau tahu ya Ray, dalam sebulan gue bisa aja nggak keluar rumah kalo nggak sekolah."

"Kenapa gitu?"

"Gue tuh merasa tempat gue tinggal itu kayak tempat orang-orang mati, sepi."

"Lo bisa minta gue ke rumah lo kalo lo kesepian di rumah."

"Pengennya gitu, tapi nggak bisa."

"Karena?"

Manila terdiam sebentar, hingga saat Raya kembali menyikut lengannya ia baru menjawab, "karena ada banyak hal yang harus gue pikirkan di rumah."

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin Raya tanyakan Manila, tapi sepertinya Manila belum siap untuk bercerita.

Raya beralih sebentar dari novelnya lalu menoleh ke arah Manila. "Kalo lo kesepian, lo bisa datang ke rumah gue kok, La. Rumah gue selalu terbuka buat lo."

Manila tersenyum lalu menoleh ke arah Raya yang juga tersenyum padanya.

Mendapat notifikasi pesan dari seseorang, Manila segera membukanya.

Mendapat notifikasi pesan dari seseorang, Manila segera membukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jujur saja, Manila masih ragu tentang perasaan Tommy ke Raya. Baru saja sebelum istirahat mulai, Raya bahkan telah memperingatkan Manila agar tidak lagi berurusan dengan pentolan Beverald itu.

Tapi, tidak ada salahnya mendengar opini dari Raya.

"Ray gue mau nanya sesuatu," kata Manila menatap Raya yang kembali fokus pada novelnya.

"Tinggal bilang aja sih," kata Raya dengan enteng.

"Jika di suatu keadaan yang sulit lo bertemu seorang laki-laki yang mana dia berniat untuk menolong lo dari kesulitan itu, tapi ada keraguan di dalam diri lo karena banyak orang yang lo temui berkata bahwa laki-laki itu buruk. Apa pendapat lo?"

Pertanyaan Manila membuat Raya menutup novelnya dan menatap Manila serius. Apa laki-laki yang dimaksud Manila ini adalah Rio? Jelas-jelas Rio menolong Manila di saat Manila berada di kandang Beverald. Dan juga, banyak orang yang berkata bahwa Rio itu buruk.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang