49.
Terdengar suara nada dering ponsel Anton yang berdering sangat kencang.
Rio yang sedang main PS itu merasa terusik ketika suara itu tak kunjung berhenti.
Entah itu siapa yang menelpon hingga sudah lebih dari dua kali ponsel itu menerima panggilan masuk.
Rio menatap kesal ke arah ponsel Anton yang terletak di atas meja kecil.
"Siapa, sih?!" Gumamnya, melepaskan stik PS tersebut lalu menghampiri ke arah meja.
Sebenarnya Rio enggan mengambil dan melihat ponsel Anton—siapa yang menelponnya. Tapi jika dilihat-lihat, Anton masih sibuk di kamar mandi sedangkan ponselnya terus saja berdering.
Rio mengambil ponsel tersebut dari atas meja, terlihat nomor tidak dikenal menelpon ke ponsel Anton.
Rio bingung harus berbuat apa. Pasalnya, sangat tidak sopan jika ia harus mengangkat telpon masuk seseorang tanpa seizin sang pemilik ponsel.
Ia menatap ragu ke layar ponsel tersebut.
Angkat, enggak, angkat, enggak, angkat?
Hingga ia memutuskan untuk menggeser tombol hijau di layar—namun hal tersebut tertunda ketika Anton yang entah kapan berada di situ—langsung merebut ponselnya.
Anton yang hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawah dan bertelanjang dada itu menatap Rio tajam.
"Kalo mau angkat telpon, izin dulu!"
Rio menatap Anton tak acuh. Ia mengangkat pundaknya tak peduli lalu kembali memainkan PS-nya.
"Pcuh! Pcuh! Pcuh!!" Rio menyeru seorang diri sambil mengarahkan stik PS-nya ke mana-mana.
Matanya tak lepas dari layar TV yang menampilkan game yang ia mainkan, smack down.
"Halo?" Terdengar suara Anton terengah berbicara dengan seseorang di telepon. "Apa? Oh, iya, iya. Lo udah di depan? Oke tunggu gue. Btw ini lo make nomor siapa? Gue nggak kenal. Oh.... yaudah gue make baju dulu dan lo tunggu sampe gue ke bawah ya."
Di sela-sela Rio sibuk pada PS-nya, ia juga mendengarkan ucapan Anton.
Jadi.... bakal ada tamu?
Beberapa menit kemudian, Anton sudah keluar dari kamar dengan kaos polos putih dan boxer hitam selutut.
"Woi!" Ia membuang handuk kecil ke kepala Rio.
Rio menoleh dan menatap Anton sebal.
"Lo jangan ke mana-mana, dan kalo bisa lo siapin cemilan sama minuman segar."
Rio mengerutkan keningnya. "Bakal ada tamu?"
Anton mengangguk lantas meninggalkan Rio dari apartemennya.
Beberapa menit Anton keluar dari apartement, Rio sendiri fokus pada PS yang dia mainkan.
Tapi ada sebuah pikiran yang melintasi benaknya atas ucapan Anton tadi. Sepenting itu kah tamu yang akan datang ke apartemen, hingga ia harus menyiapkan segala sesuatu untuk menyuguhkan jamuan pada sang tamu?
"Mati lo! Mati! Matiik!!!!!" Seru Rio menatap layar tv itu.
"Mati lo! Mati lo! Mati—"
Tak sengaja ia menggantungkan ucapannya ketika pintu apartemen Anton kembali terbuka. Nampaklah seseorang yang berdiri di ambang pintu—membuat Rio menganga.
"Lo?" Ia baru melanjutkan ucapan yang tadi tergantung.
Lalu di belakang orang itu nampaklah Anton yang langsung menerobos dan mengajak seorang lagi di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sunshit [SELESAI]
Roman pour Adolescents[SUNSHIT SERIES] MARIO WEASLEY, yang akrab disapa Rio itu dikenal sebagai pentolan sekolah di SMA Binaraya. Dia orangnya baperan, moody, kadang dingin, kadang sangar, dia dekat sama banyak cewek tapi hanya sebatas dekat. Beberapa orang di sekolah me...