Sembilan belas

4.7K 332 23
                                    

Dengan tergesa-gesa Manila menuruni anak tangga untuk menemui Rio yang menunggunya di lapangan.

Saat sampai di pinggir lapangan, ia mencari-cari keberadaan sosok laki-laki itu.

Matanya menangkap sosok Rio yang ternyata ada di depan ruang Tata Usaha dengan seorang guru laki yang menjewer telinganya.

Manila menghampiri Rio ke depan ruang TU itu, ia tidak akan pernah melupakan kejadian memalukan tadi.

"Ampun Pak, ampun," ucap Rio yang tengah dijewer oleh Pak Ari kala kejadian tadi.

Pak Ari melepaskan jewerannya. "Lain kali kalo mau bertindak itu pikir dulu!"

"Iya, Pak."

"Iya-iya. iya apa?!"

"Iya saya nggak gitu lagi deh."

"Omong kosong!" Pak Ari meninggalkan Rio lalu masuk kembali ke dalam TU.

Rio sibuk mengusap telinganya yang panas karena pelintiran guru tadi.

"Kak Rio!" Manila menghampiri Rio dengan raut wajah kesal.

"Cie, dateng juga." Rio tersenyum menjengkelkan.

"Maksud Kakak tadi tuh apa? Bikin saya malu, tahu!"

"Masih aja salahin gue. Kan udah gue bilang, lo pilih emosi atau malu. Lo sendiri yang memilih itu."

"Bener-bener nggak punya hati."

"Kalo lo gak digituin, kapan lo bisa hargai gue? Mau sampe kapan lo anggep gue musuh?"

"Berisik sekali! Rio, mau jeweran kamu saya tambah?!" Pekik Pak Ari dari dalam ruang TU.

"Ikut gue," ucap Rio datar lantas menarik tangan Manila.

Ia menarik Manila ikut bersamanya ke kantin yang sepi pengunjung.

"Sekarang saya udah ada di hadapan Kakak. Kakak mau bicara apa?"

"Khusus hari ini, lo balik bareng sama gue."

"Hah? Cuma soal balik bareng? Nggak ada lagi?"

"Ada. Gue minta, untuk kali ini aja lo ikutin apa kata gue dan gue janji nggak akan mengganggu lo."

Manila menghela napas panjang dan sudah menatap biasa. "Nggak mau ah."

"Kenapa? Gue janji nggak akan kepo dengan rumah lo."

"Nanti ada gosip lagi."

Rio berdecak. "Santai aja, kali, satu anak sekolahan udah pasti ngira kalo kita punya hubungan, jadi nggak bakal heran kalo nanti kita balik bareng."

"Saya nggak siap untuk dibenci orang-orang."

"Mereka benci lo karena mereka iri pengen ada di posisi lo! Mereka iri karena mereka ingin ada di deket gue! Kayak gue dan lo gini."

Manila terdiam mendengarnya. Entah lah, ia sudah terlalu lelah untuk banyak berdebat.

Rio berusaha meyakinkan gadis itu. "Kalo gue bilang di luar sana pentolan Beverald nungguin lo, gimana?"

"Saya? Untuk apa?

"Itu karena kepolosan lo yang bikin lo jadi bego dan gak tau apa-apa," ucap Rio. "Sekarang gini, gua yang tau masalah lo sama Beverald, apa lo masih nggak percaya kalo semua yang gua lakuin itu untuk kebaikan lo?"

"Kenapa Kakak begitu memperhatikan hal untuk kebaikan saya? Kakak suka sama saya?"

Rio menghela napas sabar mendapat sahutan dari cewek di hadapannya ini.

You're My Sunshit [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang