23. Emang Pernah?

3.1K 424 104
                                    

Serial SHALIH SQUAD Jr. - 23. Emang Pernah?

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 3 Februari

-::-


"Ma, emangnya Rasulullah sama Aisyah pernah mandi bareng di satu bath-ub ya?" tanya Khalid suatu kali, ketika Fatima sedang mengelap meja dapur seusai membersihkan sayuran untuk memasak gulai daun singkong.

Gerakan tangan Fatima berhenti, menoleh ke arah putranya yang berusia delapan tahun tersebut. Segera diubahnya ekspresi keterkejutan di wajahnya.

"Aa tahu dari mana?" tanya Fatima, berusaha tetap tenang.

Khalid duduk di atas kursi kayu di dekat meja bar, tak jauh dari meja yang sedang dibersihkan mamanya. Siang ini dia baru pulang sekolah, kelar berganti pakaian langsung menyongsong sang ibu untuk mendapatkan jawaban atas tanya yang bergelayut di pikirannya.

"Dari Jafar. Tadi bahas itu pulang sekolah," kata Khalid tenang. Sedangkan Fatima rusuh dalam hati.

Lagi bahas apa mereka sampai pada pembahasan mandi bareng kayak gitu? pikir Fatima.

"Kok bisa ke bagian itu?" tanya Fatima lagi.

"Uwais bilang kita harus tundukan pandangan kalau lihat yang bukan hak kita," kata Khalid dengan wajah lugunya. "Terus Jafar bilang, Bang Hamzah pernah bilang kalau Rasulullaah pernah mandi bareng Aisyah. Memang iya, Ma?"

Mata Fatima mengerjap pelan. Helaan napas pendeknya terdengar.

"Iya, itu satu dari sekian hadits yang diriwayatkan Aisyah, dikisahkan ke para sahabat," jelas Fatima. "Sesuatu yang dilakukan Rasul, berarti boleh dikerjakan oleh umat muslim lainnya."

"Mama pernah mandi bareng satu bath-ub sama Papa?" tanya Khalid dengan lugunya.

Fatima menahan beliakan matanya atas pertanyaan putranya ini.Dalam hati ingin sekali tertawa mendengar pertanyaan Khalid.

"Kamar mandi kita kan ada banyak," kata Fatima lagi. "Kalau Papa lagi pakai kamar mandi yang di dalam kamar, Mama pakai yang di luar."

"Ngga pernah pakai satu kamar mandi barengan? Ngga kayak Aisyah dan Rasulullaah?" cecar Khalid.

Fatima menahan napas, lalu mengembuskannya perlahan.

"Tapi berarti Rasul lihat aurat Aisyah ya, Ma? Mandinya ngga pakai baju gitu kan kayak aku kalau mandi?" Khalid rupanya masih sibuk dengan jutaan pertanyaan di kepala, sedangkan Fatima berusaha mencari cara bagaimana menghentikan pertanyaan putra sulungnya ini.

"Di hadits itu ngga dijelaskan pakaian-pakaian mereka, jadi Mama ngga tahu mereka mandi dengan kondisi bagaimana."

"Tapi boleh ya Rasulullah lihat aurat Aisyah?"

"Secara syariat, dibolehkan, A," kata Fatima. Lalu mendekat pada Khalid yang masih tampak belum paham. "Karena Rasulullaah dan Aisyah kan suami istri. Sudah halal."

"Apa bath-ubnya besar gitu, Ma?" tanya Khalid. "Lebih besar dari bath-ub di kamar mandinya Mama sama Papa?"

Rahang Fatima terkatup sudah. Dia mengembuskan napas pendek lagi.

"Mama kurang tahu, A. Tapi dari hadits, bukan seperti bath-ub. Disebut hanya bejana. Wallaahu a'lam. Aa ada PR ngga dari sekolah?"

"Ngga ada, Ma. Ada sih kemarin, tapi udah aku kerjain," sahut Khalid, santai. "Terus, Rasul kan punya 4 istri, apa mereka pernah mandi bareng sama-sama?"

Rasanya jantung Fatima melorot hingga ke perut mendengar pertanyaan Khalid yang tiada henti. Gelegak gulai daun singkong di atas kompor mengusik percakapan mereka.

"Di hadits itu, hanya dijelaskan bahwa Rasul sedang bersama Aisyah. Istri yang lain ngga ikut. Karena dalam fiqh, ada batasan untuk muslimah melihat aurat muslimah lainnya," Fatima berusaha merangkai kata dengan sangat hati-hati. "Eh, iya, Aa coba lihat Khansa gih, ajak makan bareng ya. Ini gulainya udah matang sebentar lagi."

"Jadi kayak Khansa gitu tetep ngga boleh lihat auratnya Maira gitu ya, Ma?"

Kali ini Fatima tertawa.

"Iya, ngga boleh, A. Khansa juga kan ngga boleh lihat aurat Aa juga kan? Sama kayak Aa ke Uwais, atau Jafar, atau Umar, dan yang lain... aurat-aurat di daerah terlarang itu harus terlindungi. Ngga sembarangan orang bisa lihat kan? Apalagi aurat akhwat lain yang bukan mahram, Aa harus jaga pandangan akan itu."

Bibir Khalid langsung maju. "Tapi banyak muslimah yang ngga pakai jilbab itu gimana, Ma? Otomatis aku lihat aurat mereka kan?"

Fatima mengusap kepala Khalid dengan penuh sayang. "Semoga Allah beri hidayah buat mereka ya. Semoga Allah jaga hati Aa biar tetap lurus taat menjauhi semua laranganNya."

Senyuman di bibir Khalid mengembang. Dia bergegas lompat dari duduknya. "Nanti aku bilang begitu juga sama Jafar deh," katanya riang. "Aku panggil Khansa dulu ya?"

"Iya, tapi kalau Khansa lagi di kamar Khairul, pelan-pelan ya. Khairul lagi tidur kan. Biar kita bisa makan bareng."

Khalid mengangguk, mengacungkan jempol kanannya. Lantas bergegas melebarkan langkah, pertama-tama menuju kamar Khansa lebih dulu.

Sementara Fatima menyeka keringat di dahinya seraya melepas tawa yang sejak tadi ia tahan. Pangeran kecilnya sedang berada dalam fase ingin tahu, rupanya. Dan sepertinya dia harus berpandai-pandai untuk menjawab pertanyaan Khalid yang mungkin nanti akan lebih dahsyat.

[][][]

[✓] [ SHALIH SQUAD Jr ] Our LivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang